Hujan...
Seperti mengibaratkan sebuah perpisahan.
Mengantarkannya pada sebuah kesedihan.
Menandakan berakhirnya sebuah penantian.
Perpisahan tiap tetesan air hujan dari sebongkah awan.
Menggambarkan kesedihan sang langit lewat seonggok tangisan.
Tulisan ini aku buat saat sedang menatap hujan. Di kamar, diselubungi kesendirian dan sedang mencari sebuah jawaban ataupun pencerahan, tentang cinta yang tak terbalaskan.
Dari jendela kecil yang buram oleh tetesan hujan, aku melihat bulir-bulir kerinduan yang tertumpahkan lewat curahan hujan.
Kualihkan mataku kepada lukisan alam yang ada di sebelahnya, seperti ada kegalauan yang terseret arus air hujan ke dalam barisan selokan.
Langit sudah menumpahkan air hujan yang tak tertahankan. Menakjubkan.
Aku sebenarnya ingin sekali seperti hujan, mencurahkan isi hati yang tak terluapkan.
Tapi aku takut meluapkan isi hati ini. Mengapa? Karena aku bukanlah hujan. Hujan reda timbul pelangi. Simbol kebahagiaan yang terisi, setelah pahit yang terlewati. Aku tidak mungkin bisa mendapat pelangi, karena ini hanya cinta satu hati.
Jika tetesan air hujan yang tertempel di jendela ini isyarat kepedihan, aku akan coba menjauh sebagai bentuk pengorbanan.
Merelakanmu harus seperti air hujan. Terbawa arus hingga jatuh ke selokan. Mengalir deras hingga nanti terlupakan.
Namun, aku tau sosokmu harus ada yang menggantikan. Supaya kerelaan ini mencapai kesempurnaan.
Tangisan langit sudah berhenti. Isakan kepedihan yang dari tadi selalu mengisi ruangan kecil ini sudah pergi. Sekarang apa lagi?
Tangisan langit sudah berhenti. Siap berganti dengan kesejukan yang telah menanti dari tadi. Tidak lupa disertai dengan lukisan indah warna-warni sang pelangi yang tepat berada di depan matahari.
Tangisan langit sudah berhenti. Berganti dengan pelangi. Sama seperti kegalauan yang terhenti ketika cinta baru datang lagi.
Hujan memang membawa hikmah tersendiri. Bisa jadi sekedar menghapuskan kegerahan, ataupun menuliskan kesejukan.
Hujan seperti ingin mengajarkan sesuatu...
Langit kelam yang berubah menjadi lukisan indah warna-warni. Pelangi.
Kegerahan yang digantikan kesejukan. Kegalauan yang digantikan kebahagiaan. Kesedihan yang digantikan senyuman.
Ya...hujan memang mengajarkan sesuatu.
Tentang bagaimana melewatkan masa kelam dengan cara penantian demi mendapatkan kebahagiaan.
Tangisan memang datang di awal, tapi jangan lupa di akhir ada senyuman.
Seperti hujan di awal tapi berakhir dengan kemunculan sang pelangi di balik mentari.
Yap. Semua akan indah pada waktunya. Seperti hujan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar