About Me

Foto saya
Hanya orang biasa yang menyempatkan untuk berkarya.

Jumlah yang sudah singgah

Jumat, 18 Januari 2013

Ibukota Negara Kita?

Pagi-pagi sehabis mandi dan berpakaian, bagi aku adalah waktunya baca berita dan minum teh. Jadi tiap pagi sebelum berangkat sekolah aku selalu udah punya berita baru yang bisa diceritakan nanti di sekolah. Yang mengejutkan adalah pagi kemarin (17-01-13) waktu aku sedang mengacak-ngacak VivaNews ketemu berita yang spesial: 

Terjebak Banjir, Presiden Argentina Tetap Temui SBY
Rombongan Presiden Argentina Cristina Fernandez de Kirchner melintas di kawasan Cideng, Jakarta Pusat
Rombongan Presiden Argentina Cristina Fernandez de Kirchner melintas di kawasan Cideng, Jakarta Pusat
Baca header beritanya aja udah gak enak perasaan aku. Gila... Bagaimana bisa sebuah Ibukota Negara mengalami bencana yang disebabkan kesalahan struktur pembangunannya sendiri. Padahal sebuah Ibukota Negara adalah indikator kesuksesan dari sebuah negara. Contoh mudahnya aja di kelas. Bila Ketua Kelas-nya gak beres, orang-orang langsung menyimpulkan kalau anggota kelas lain pasti juga gak beres. Nah begitu juga dengan kota ini...

Tragisnya lagi, bencana ini malah terjadi saat Kepala Negara lain sedang berkunjung ke Indonesia. Ini sama aja kayak kita lagi di kamar, pas lagi gak pakai sehelai benang pun di badan, tiba-tiba ada seseorang yang menerobos masuk ke kamar kita. Gimana rasanya? Malu kan? Nah sama dengan ini...

Udah banjir, macet pula... Bagaimana nasib negara ini? Kemana para petinggi bangsa ini? Mana janji untuk membuat rakyat sejahtera? Bukankah mereka sudah bersumpah di depan Al-quran mereka sambil mengucapkan janji itu? Sungguh mereka semua pantas dilaknat.

Uniknya, sehabis baca berita ini aku langsung keingat tentang cerita masa kecilku dulu. Jadi ceritanya, waktu itu aku masih SD, aku lupa kelas berapa. Yang jelas waktu itu aku cuma pandai menembak kelereng, masih belum pandai nembak cewek. Eh sekarang masih belum pandai nembak cewek juga ya? -___-

Jadi di suatu sore yang cerah, waktu itu aku masih sekolah, karena sekolah kami masuk siang. Tepatnya saat jam istirahat, aku dan teman lamaku, Fadel, sedang bermain kelereng di halaman sekolah. Kemudian selagi main kelereng, aku pun membuka percakapan daripada main dengan hening.
"Del, apa hal yang kau paling inginkan dengan negara kita ini?" tanyaku sambil menembakkan kelereng.
Fadel diam. Sambil menatap kelerengnya dia menggaruk-garukkan kepala. Mungkin dia berpikir dengan pertanyaanku tadi. Kalian pasti ngerasa percakapan dan pertanyaan aku tadi gak semacam pertanyaan yang bisa dilontarkan seorang anak SD. Tapi ini memang benar, aku gak bohong. Daripada main kelereng sambil mengucapkan kata-kata kotor (sampah,jamban,eek) kayak yang dilakukan anak-anak lainnya, aku lebih suka menciptakan percakapan yang imajinatif. Aku baru sadar, ternyata aku dulu emang udah punya sifat visioner dari kecil. Perlu diketahui, Fadel ini merupakan salah satu murid terpintar di sekolah aku pada saat itu, meskipun aku tetap yang tercerdas satu SD saat itu (sumpah ini gak bohong)

"Kalau aku, maunya Pekanbaru ini seimbang hebatnya dengan Jakarta." Kataku dengan tujuan membuka pikiran Fadel.
"Oooh..gitu, kalau aku sih maunya Pekanbaru jadi Jakarta kedua." kata Fadel sambil berdiri lalu berjalan ke arah kelereng miliknya.
"Lah itu sama aja dengan aku kan?" Aku malah bingung dengan jawabannya.
"Bukan, maksud aku itu apa namanya, pemerintahan tu datang dari Pekanbaru, gak dari Jakarta lagi." Fadel mencoba menjelaskan.
Aku mencoba memahami maksudnya. Dengan kemampuan dan wawasan yang aku punya saat itu aku coba menjawab,
"Maksud kau Ibukota Negara gitu?" 
"Nah..iya itu! Kok tau kau Ndi?" Fadel balik nanya.
"Aku sering baca majalah BOBO soalnya."
"Ooh..."
"Lah itu kan mustahil Del, hahaha"
"Siapa tahu kan?" Fadel masih bersikeras dengan argumennya.
"Iya benar. Gak ada kan sesuatu yang mustahil." kataku yang rupanya aku sadari emang udah dari dulu bawaannya sifat Optimis ini.   

Nah kembali ketika saat aku menyeruput teh pagi kemarin. Iya, kenangan masa kecilku itu ternyata kembali muncul di benakku saat melihat berita tadi. Seandainya aja ibukota Negara itu pindah ke Pekanbaru. Mungkin pembangunan Pekanbaru akan lebih hebat lagi dan jadi kota yang hebat (itupun jika gak ada yang korupsi). Dan yang lebih bagus lagi, impian kami berdua bakal terwujud pastinya. 

Yaa... saat itu aku akhirnya mengerti tentang sebuah hal baru. Bahwa, sebuah imajinasi dari anak kecil kadang bisa/justru jadi hal yang luar biasa. Seperti pembuatan pesawat oleh Wright bersaudara yang idenya muncul sewaktu mereka kecil, saat melihat seekor burung bisa terbang. 
Orang dewasa mungkin melewatkan bahkan menghilangkan imajinasi dari dalam pikirannya dan hanya mengandalkan logika. Itu yang membuat mereka gak bisa mengelak dari rasa kekakuan hidup. Aku rasa mereka pemimpin bangsa ini, perlu berimajinasi sedikit untuk mengatasi kemacetan ataupun banjir ini. Misalkan mereka menghayal untuk menjadikan Pekanbaru sebagai Ibukota Negara baru. Atau jika tidak, mereka buat sebuah lobang besar untuk aliran hujan, semacam terowongan besar di bawah tanah yang punya katup untuk membuatnya mudah untuk dibuka tutup. Misalnya pas hujan deras, air mulai naik, tinggal pencet tombol, katupnya dibuka airnya masuk ke dalam lobang dan masuk ke bawah tanah yang semacam terowongan besar tadi. Yaaaah itu kan misalkan. Khayalan bodoh aku sementara aja.

Intinya, biarkan mereka berpikir gimana caranya untuk menyelamatkan ibukota negara kita. Indikator negara kita. Yang penting jangan sampai kejadian ini terulang lagi.               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar