Cerita berawal dari suatu siang yang terik menyengat, di kala itu aku tengah menikmati istirahat kedua 'sendirian' (maklum, jomblo). Tiba-tiba Fadhil membuyarkan lamunanku dengan wajah homo-nya. Dia memegang erat tanganku, sambil menatap kedua bola mataku dengan tegas. Di dalam hati, aku cuma bisa berharap Fadhil tidak menunjukkan jati diri sebenarnya di muka umum.
"Aku mau bicara penting..." kata Fadhil (masih dengan muka homonya tadi)
"Iya, a..a..apa?"
"Besok. Besok sore jam 4 sore, jangan lupa nonton aku tanding di HSBL."
"Oh cuma itu. Kirain...OK aku datang." Aku menghela nafas lega, setidaknya keperjakaan aku gak direnggut oleh lelaki semacam dia, padahal aku berharap lelaki yang lebih tampan dan kekar lagi. *eh
Jadi, hari ini sesuai janji aku mau pergi tuh ke GOR Senapelan buat nonton dua sahabat aku tanding. Ehm, bukan mau sombong, tapi aku ini laki-laki yang paling gak bisa mengingkari janji. Ketika kata "Iya, oke, atau pasti" udah keluar dari mulut aku, jangan khawatir, aku pasti menepatinya. Jadi, buat cewek cantik yang masih jomblo karena trauma dengan laki-laki yang sering mengumbar janji-janji palsu, boleh nih daftar jadi pacar aku. *nyari kesempatan, promosi dikit...*
Aku sebetulnya juga masih kesal datang nonton ke sini. Bukan karena faktor terpaksa atau menyesali waktu yang terbuang, tapi karena aku perginya sendirian! Nonton Basket Sendirian! Iya, Sendirian! Kampret sekampret-kampretnya kampret, Sendirian! *zoom in zoom out*
Mau ngajakin pacar, gak punya. Ngajakin teman cewek, gak ada yang mau. Ngajakin teman cowok, ntar disangka homo. Nasib...
Dengan berat hati akhirnya aku berangkat dengan jok belakang yang dingin dan berdebu. Persis seperti hati aku sekarang, dingin, butuh kehangatan, berdebu, butuh perawatan.
Sesampainya di GOR, aku langsung refleks nyari tempat duduk yang gak ada couple sedang bermesraan seperti: berpelukan, saling tertawa bersama, saling pegangan tangan, saling mengupilin hidung satu sama lain... Setelah celingak-celinguk dengan saksama, akhirnya dapatlah tempat yang sesuai, yang jauh dari radiasi mematikan para couple yang mesra.
Tepat arah jarum jam 3-ku, lebih kurang 5 meter ada seorang cewek yang parfumnya kecium, menyengat. Ho'oh, cewek emang gitu, kalau makai parfum suka seenaknya. Aku rasa mereka kalau beli parfum, yang literan. Apa motivasi mereka pake parfum sebanyak gitu. Aku curiga kalau cewek itu punya sugesti di dalam pikiran mereka yang mengatakan, "Cewek sejati adalah cewek yang kalau makai parfum baunya kecium dalam radius 5 meter." Antara mau harum sama mau membuat hidung orang lain cedera, bedatipis.
Tak lama kemudian pertandingan usai, SMA 3 menang. Sebagaimana orang menang biasanya, mereka ngangkat lengan mereka tinggi-tinggi. Mungkin mereka lupa, ketek mereka sedang becek-beceknya. Aku cuma bisa bersyukur karena wasit yang ada di dekat mereka gak mimisan.
Setelah itu Fadhil dan Iwan menuju ke tempat kami duduk. Waktu itu yang ada adalah Dicka, Zeta, Dekmo, Febi, Ilmi, Asih dan aku. Iwan refleks menghampiri Dekmo, Zeta dan Dicka udah ambil posisi duluan, Fadhil dengan tangkasnya menyalip bangku disebelah Asih, Febi dan Ilmi masih menikmati momen indah mereka, dan aku buru-buru ngambil pisau buat nyembelih diri sendiri.
Waktu itu aku emang berasa jadi obat nyamuk. Kampret. Mereka emang gak ngerti dengan perasaan aku yang tercabik-cabik. Aku cuma bisa berharap entah dari mana datangnya ada buldozer yang melenyapkan pemandangan keparat itu.
Satu-satunya yang membuat aku bertahan di kursi panas itu ya karena cheerleader SMA Handayani. Setidaknya mereka bisa menghibur jomblo yang sedang teraniaya seperti aku. Yaaah.. mata aku cukup segar melihatnya. Air liur pun rasanya udah meluap. Kepuasan tersendiri hadir seiring tarian eksotis nan erotis yang kalau ditambah tiang besar aja udah cukup terlihat seperti striptease itu habis. Menyesallah wahai lelaki yang sedang menonton bersama pacarnya saat itu, karena pandangan mereka dibatasi. HAHAHA Inilah yang namanya Hikmah Jomblo...
Kemudian aku pulang dan di jalan aku cuma bisa mengingat-ingat lagi sisa gambaran yang ada dari tarian nyaris-striptease tadi. Belum sampai kebahagiaan itu datang, tiba-tiba ada teman aku yang bawa ceweknya menegur aku di jalan. Rupanya dia habis nonton Basketball juga, sama kayak aku. Bedanya palingan terletak pada jok belakang motor kami aja. Gak cukup menyiksa aku dengan memberikan pemandangan seperti itu, dia dengan wajah datarnya bilang,
"Ndi kau nonton dengan siapa?"
Pertanyaan paling mematikan bagi para jomblo. Ingin rasanya aku mendadak pura-pura kehabisan bensin dan memberhentikan motor aku saat itu juga. Namun sayang, waktu itu lagi di lampu merah. Dengan sedikit sentuhan khas para jomblo aku menjawab,
"Maksud kau nanya gitu apa?
"Gak ada. Cuma nanya aja."
"Gak ada. Cuma nanya aja."
"Ohh...Udah pernah liat upil bisa keluar sendiri dari hidung apa belum?"
"HAHAHAHA"
Iya, jomblo kalau udah marah, upilnya bisa keluar sendiri dari hidung. Jadi, kesimpulannya jangan main-main sama jomblo kalau lagi cerita masalah jok belakang. Catet!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar