Kamu yang tidak pernah ingin tau.
Aku harap ketika kamu kelak pada akhirnya akan membaca surat ini, tengah berada dalam suasana paling bahagia. Meski kutau, kebahagiaanmu datang bukan dari diriku .
Aku terlalu takut membayangkan bagaimana nanti bila aku menjalani hari tanpa dirimu. Tidak lagi menjadikanmu tempat untuk berbagi cerita. Tidak lagi menjadikanmu sosok yang pertama kali aku cari kala aku tengah diluapi kebahagiaan. Tidak lagi menjadikanmu hal paling wajib untuk dicari di setiap pagi. Aku terlalu takut bila kamu tidak lagi di sisi. Aku terlalu takut menjalani jika bukan kamu yang mendampingi. Sebab dirimu adalah segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaanku. Kamu tau itu? Tentu saja tidak, karena kamu tidak pernah ingin tau.
Mungkin ini tak pernah penting bagimu. Tentang percakapan tak jelas hingga larut kala itu, atau tentang lelucon yang susah payah aku ciptakan hanya untuk membuatmu tertawa, atau tentang dekapan terhangat supaya kamu berhenti dari sedihmu. Semua bukan perihal aku ingin tetap bersamamu. Bukan pula perihal ingin memilikimu. Aku hanya ingin menghindarkanmu dari pilu. Kamu tau itu? Tentu saja tidak, karena kamu tidak pernah ingin tau.
Aku harap kau masih ingat betapa lucunya kita di hari pertama bertemu. Aku bahkan tidak berani menatap matamu. Dalam diam, aku kendalikan diriku agar membuat semuanya terasa biasa saja. Nyatanya hari itu ataupun sesudahnya, aku tidak pernah mampu merasa biasa saja. Aku tidak pernah mampu menahan terjangan rasa bahagia kala berdua denganmu. Aku terlalu takut mengungkapkan bahwa kamu teramat cantik. Aku terlalu ragu mengungkapkan bahwa kamu begitu menarik. Kamu tau itu? Tentu saja tidak, karena kamu tidak pernah ingin tau.
Satu rahasia yang kuingin kamu tau, meskipun kamu tidak pernah ingin tau. Aku selalu menikmati bagaimana kebiasaanku memikirkan kamu setiap sebelum tidur. Atau pula ketika aku menyelipkan namamu dalam setiap doa. Ya, setidaknya aku masih bisa menghkhayalkanmu walau tidak pernah benar-benar bersatu. Jujur saja, bahkan dalam khayalku sendiri, aku tidak pernah punya kesempatan.
Mungkin surat ini tidak pernah menjadi penting untukmu, walaupun sebenarnya ketika aku menulis ini, aku tau surat ini tak akan pernah tersampaikan. Tapi setidaknya aku berhasil meluapkan emosiku tentang kamu yang tidak pernah mau tau. Jelas sekali, kamu memang tidak pernah tertarik padaku. Wajar saja bila kamu tidak pernah mau tau.
Terima kasih telah menyempatkan diri kepada hal yang tidak pernah ingin kamu ketahui.
Dari:
Aku yang hanya sekedar temanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar