Oke, sesuai janji dari postingan sebelumnya, aku bakal ceritain kenapa sih beberapa bulan lalu isi postingan di sini cuma yang lembek-lembek (bukan berak), atau yang galau-galauan macam puisi melow.
Mari kita flashback sejenak.
Jadi, di semester 4 kemarin (awal 2016) bagi aku sendiri adalah semester terbaik yang pernah ada. Kenapa? Bukan karena IP tinggi, tapi karena di semester inilah hubungan aku sama doi mencapai puncaknya. Aku makin lebih dekat sama Doi (selanjutnya kita sebut D), bahkan lebih dari sekadar sangat dekat.
Hampir tiap hari aku abisin waktu sama D. Kalau dapet jadwal pagi, kami sarapan bareng. Kalau ada jadwal nyampe sore, kami makan siang bareng. Kalau ada jadwal nyampe malam, kami dinner bareng. Berhubung karena gapernah ada jadwal nyampe malam, kami gapernah dinner bareng. Hmmm...
Sekalipun gak ada jadwal, dan gak ketemu, komunikasi sangat super lancar. We can have a conversation until 2 a.m without feel boring. Intinya, semua hariku persis untuk dia.
Saking seringnya ngabisin waktu bareng, aku mulai punya rasa sama D dan makin hari, rasa itu makin besar. Ketika seorang lagi jatuh cinta, dia bakal menunjukkan perasaan itu secara sadar maupun enggak sadar. Dan itulah yang aku tunjukkan ke D, dan tentu aja dia sadar akan hal itu. Tepat beberapa minggu sebelum UAS, D ngomong ke aku kira-kira intinya gini: "Kita gak bisa terus-terusan kayak gini, kalau aku biarin kamu deket terus sama aku, ujung-ujungnya nanti kamu ngatain aku PHP karena aku gak bisa janjiin apa-apa untuk kamu, dan nanti kamu juga yang bakal sakit. Jadi, kita menjarak dulu ya."
Yap, sederhananya dia mengisyaratkan sebuah perpisahan.
Mungkin kalian heran, kenapa sih udah sedekat gitu gak jadian aja? Kok malah ngejauh? Kalimat aku berikutnya bakalan jelasin semuanya.
Dia udah punya pacar.
* * *
Bodoh, Ndi? Iya.
Aku akui, emang bodoh. Tapi manusia mana sih yang bisa memilih untuk jatuh hati sama siapa? Aku jatuh cinta sama dia karena terbiasa.
Jatuh cinta karena terbiasa inilah yang paling aku benci karena ketika kita ingin melupakan seseorang, kita harus menghapuskan kebiasaan yang membuat kita jatuh cinta tadi.
Semua orang tau, menghapus kebiasaan itu sulit.
Melupakan = menghapus kebiasaan.
Menghapus kebiasaan = sulit.
Melupakan = sulit.
Sulit sih tapi bukan berarti gak bisa. Intinya aku harus menghapus semua kebiasaan yang ada unsur dia.
Hari-hari sesudahnya keadaan makin memburuk. Kita bukan hanya menjaga jarak, tapi justru hampir seperti dua orang asing. Kadang kala tebersit niat untuk menyapanya saat berpapasan, tapi entah kenapa dia membuang muka. Bahkan pas aku presentasi di depan kelas (yang kebetulan sama dengan D) dia gak melihat ke arahku setitik pun. Aku tau karena ketika presentasi di depan kelas, sorot mata aku cuma terpaku ke arah dia.
Hari-hari dalam proses melupakan makin berat aja. Aku kerap kali mencari kesibukan yang baru demi gak sekedar diam di rumah dan mikirin dia sepanjang hari. Aku juga ninggalin hobi nulis dan membaca aku. Alasannya sederhana, sebab pas pengen nulis, yang ketulis adalah tulisan-tulisan super galau dan lembek kayak tai yang cuma memperburuk suasana hati aku. Jadi, aku meninggalkan hobi aku sendiri buat ngelupain dia.
Aku juga suka nonton film, dan ini kebiasaan yang aku tinggalkan juga. Karena seingatku ketika kami masih saling berbagi cerita waktu itu, topik yang sering kami bahas adalah film. Aku masih ingat bagaimana terobsesinya dia sama Iron Man, dan gimana mati-matiannya aku nonton Walking Dead dari season 1 biar dia senang ada teman ngobrolin cerita zombie super aneh itu.
Nah karena udah ninggalin kebiasaan dan hobi itu tadi, aku butuh sesuatu yang baru. Pilihan aku jatuh ke fotografi. Aku mulai ngotak-ngatik kamera Canon 550D yang udah aku punya dari SMP tapi gapernah aku usik sedikitpun. Belajar setting Aperture, Shutter Speed, ISO secara manual, belajar ngeshoot yang cinematic dan banyak lagi. Belajar dari 0 ini ngebuat aku punya kegiatan untuk menutupi hari-hari yg kosong dan berpotensi dipake buat galauin dia. Kegiatan baru ini lumayan menyibukkan, sekaligus menenangkan.
Setelah sebulan lebih, aku mulai ngerasa bosan. Untungnya waktu itu Pokemon Go baru rilis. Aku mulai sibuk nyari-nyari pokemon kesana-kemari dan lumayan ngabisin waktu. I really love that time.
Dengan menyibukkan diri pada hal-hal baru, aku mulai sedikit demi sedikit membiasakan diri tanpa dia. Walau sesekali perasaan itu pasti muncul. Apalagi kalau ngeliat wajahnya yang cantik itu di kampus. Aku gapernah bicara lagi sama dia, tapi cuma dengan menatap dia dari jauh dan diam-diam.
Hal yang lebih baru lagi adalah aku makin sering ngumpul sama teman-teman. Baik anak kampus atau temen deket rumah. Yang jelas dengan ngumpul gini, aku gak ngerasain kesepian dan gak sempat mikirin dia. Kehebohan dari ngumpul ini yang bikin aku selamat dari rasa kangen sama dia.
Temen-temen aku juga sempat nanya, "An, kok sekarang jadi lebih sering ikutan ngumpul? Dulu bentar aja udah minta pulang."
Pertanyaan itu gak lebih dari sekadar basa-basi aja. Mereka udah tau kok alasannya apa. Mereka tau dulu kalo di kampus aku seringnya ngabisin waktu sama siapa. Yang kalopun aku diam-diam pergi sama D mereka sering mergokin. Dan sekarang mereka tau aku dan D saling nyapa aja gak ada. Mereka tau ada sesuatu, tapi sesuatunya itu apa mereka gak pernah tau soalnya aku gapernah cerita sedikitpun tentang masalah ini sama siapapun.
* * *
Bulan ini, pas 6 bulan jika dihitung dari hari terakhir aku dan D saling bicara. Awalnya aku pikir aku udah mulai bisa ngelupain dia. Tapi ternyata aku salah.
Aku gak pernah bisa ngelupain dia.
Di kala postingan ini sedang ditulis, aku mulai sadar. Kalau aku udah bisa ngelupain D, pastilah postingan yang mengabadikan dia kayak gini gak aku buat. Terus kalaupun aku udah ngelupain dia, pastilah aku ngerasa biasa aja tiap kali aku ngelewatin tempat yang pernah kami kunjungi berdua, kenyataannya tiap kali ngelewatin tempat-tempat itu, aku masih ngerasa lagi pergi bareng dia. Terakhir, dengar nama dia disebut sama seseorang aja aku masih secara refleks ngingat semua kejadian yang pernah kami lalui. Padahal hanya nama.
Lucu gak sih gimana dua orang yang pernah saling menumbuhkan rasa, saling berbagi cerita, saling meluangkan waktu, cuma berujung pada dua orang yang kembali menjadi asing.
Sampai saat ini pertanyaan ada sedikit pertanyaan aku untuk dia. Mudah-mudahan kalo dia juga baca blog-ku, dia bisa ngasi tau jawabannya entah gimana caranya.
Aku ini sebenarnya pernah berarti gak sih buat kamu? Setelah 2 tahun ini dan setelah semua hal yang udah pernah terjadi di antara kita, aku gak berarti apa-apa ya? Kalau aku emang berarti buat kamu, kok kamu gampang banget ya ngelupain aku? Ng.. berarti karena gampang banget, artinya aku emang gapernah berarti ya di mata kamu?
Um, shit. Prasangka. Aku udah mulai berprasangka.
Yaudah deh sampai sini dulu cerita kita. Aku tutup dengan sedikit lirik dari lagu Amnesia - 50 Seconds of Summer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar