Akhirnya kami semua menyadari sesuatu yang janggal itu. Ya...saat dia dijenguk oleh orang tua-nya, atmosfer memang langsung berubah, Sonya menjadi pendiam, dan tidak berapa lama 'kambuh'. Kami mencoba menemukan alasan dan hipotesa-hipotesa baru tentang hal ini. Ada 2 kemungkinan saat itu: 1. Sonya tidak suka dengan orang tuanya (benci). 2. Sonya tidak suka dengan 'sesuatu lain' pada orang tuanya. Kami rupanya lebih berat ke kemungkinan kedua.
Ya benar...ternyata orangtua, mm...lebih tepatnya Mama-nya. Memiliki sesuatu yang jarang dimiliki orang lain. "Pegangan" inilah yang membuat Sonya benci, karena dia bisa melihatnya. Kemungkinan pula saat "pegangan" ini bertemu dengan Sonya atau 'isi' di dalam Sonya, maka mereka akan berinteraksi sehingga terjadilah 'kemasukan' itu lagi. Maka saat itu juga terjawab mengapa Sonya punya The Sixth Sense dan 'isi' di dalam badannya. Rupanya itu adalah bawaan keturunan. Dari neneknya.
Satu masalah sudah mulai jelas titik terangnya. Tinggal mencari hal-hal lain yang berkemungkinan nyambung, lalu menghubungkannya, masalah ini akan segera selesai. Memasuki penghujung minggu ke-5 penyakit ini diidap, tiba-tiba guru kursus privat B.Inggrisku yang sudah tau akan hal ini (karena Sonya pernah kambuh saat dia sedang mengajarku) memberi sebuah solusi. Dia mengatakan bahwa di dekat tempat tinggalnya ada seorang yang hebat dalam urusan 'dunia gaib' ini. Yang berobat sama dia pejabat-pejabat. Dari bupati Bengkalis sampai Gubernur Riau, semua pernah jadi pasien dia.
Yah yang namanya usaha, tentu semua harus dilakukan dan dicoba. Kita cuma bisa berdoa agar semua berjalan dengan lancar. Malam itu juga, 2 Desember sehabis Maghrib, kedua orangtuanya, ayah, mama, abang, adekku, semua ikut ke rumahnya orang hebat tadi. Sedangkan aku tinggal di rumah sendirian, terdiam dalam keheningan malam yang seram saat itu. Namanya Dodi, usia sekitar 40 tahun, tinggal di Teluk Leok, tempat prakteknya di Jl.Cempaka. Tapi sesuatu yang tak diduga terjadi. Aku di rumah mendapat kabar bahwa kakek aku meninggal dunia. Jadi semua panik, dan malam itu pengobatan ditunda saja, menjadi pukul 11. Semua langsung melayat, disertai haru (cuma aku yang gak sedih malam itu).
Kembali lagi ke pengobatan Dodi. Malam itu setelah pengobatan pertama dilakukan dan sampai di rumah nenekku di jl.Riau, Sonya kambuh lagi. Dengan kondisi yang lebih membrutal. Saat dia kemasukan, tenaganya berlipat ganda. Yang dulunya gak pernah melawan, sekarang malah bisa menendang, memukul, mencakar, semua orang di sekitarnya. Semakin aneh. Yang masuk malah semakin kuat. Lebih kurang 3 hari dia mengalami kebrutalan yang menyebabkan bahu ayahku terkilir, tangan bang Jefri terluka bekas cakar, serta udah gak dihitung berapa orang yang berhasil ditendang olehnya.
Malam ke-4, Sonya kembali diobati. Masih di tempat Dodi, yang kita ketahui adalah orang ke-3 yang mencoba. Setelah pengobatan malam kedua ini, keanehan kembali terjadi. Sesampainya di rumah nenek aku lagi, dia pingsan. Sebentar sebentar pingsan. Tapi ketika kami menelepon pak Dodi tadi, dia bilang gak apa. Esoknya, tepat seminggu pengobatan bersama Pak Dodi ini, keadaan masih seperti biasanya. Pingsan dengan jadwal tak menentu, dan berkali-kali tentunya. Akhirnya pucuk dicinta ulam pun tiba. Aku yang udah lama penasaran dengan wajah Pak Dodi (karena gak pernah ikut) serta penasaran dengan metode pengobatannya, akhirnya terpuaskan. Pak Dodi akan datang langsung ke rumah nenekku itu untuk mengobati Sonya disana langsung. Pada saat itu, aku tengah demam, Sabtu pas nyari ruang ujian, hari terakhir sekolah sebelum ujian. Demam kali itu, emang positif disebabkan 'itu'. Aku yang tengah demam memaksakan diri untuk bangkit. Metodenya seperti di film film. Ada gerakan-gerakan seperti film kungfu, serta dengan teknik pengambilan nafas yang entah bagaimana terdengar seperti ular mendesis. Merinding aku melihat metode itu. Dia perlahan memuntahkan Sonya dengan metode aneh. Sonya mendadak muntah setelah dia melaukan teknik menari kungfu dan suara mendesisnya. Lalu Sonya ditelentangkannya, dimulai dari kepala, semua sendi, siku, lutut dan semua titik tertentu seperti pusat, diobatinya dengan metodenya tadi. Suara pengambilan nafas mendesis itu sesekali disertai teriakan kesakitannya saat mengobati Sonya di titik tertentu, yang kulihat pada Kepala, Pusat, Mata Kaki. Sonya merintih kesakitan pada tiap titik diobatinya. Menangis sejadi-jadinya. Pada titik itu, kungfunya pak Dodi menjadi durasi yang lebih lama. Dia berteriak, AAARRRGGGGGGHH!!!! Sambil bergetar lalu dengan teknik hebatnya dia mengambil nafas, terdengar seperti ular mendesis. Setelah semua titik berhasil dipulihkan, Sonya terbaring lemas. Pak Dodi duduk bersila menghadap kami yang dari tadi memperhatikannya. Dia pun memulai percakapan, ingin menjawab pertanyaan kami yang dari tadi tertahankan.
"Yang tadi saya lakukan adalah mengeluarkan semua. Yang menguasai tubuh Sonya ini sangat banyak, setiap titik persendian , mereka berkumpul disitu. Jadi saya coba keluarkan semua. Pada kondisi tertentu ada yang kuat, dan yang terakhir tadi adalah yang paling kuat, sehingga saya berteriak kencang, saat 'dia' mencoba mengusik saya, kepala saya pusing sejadi-jadinya. Tapi saya berhasil dan selesai."
Kami semua terpaku mendengar penjelasannya, dan menatap iba Sonya yang terkulai lemah.
"Kemarin, dia kuat karena ada yang mengisinya. Sekarang semua isi itu sudah dikeluarkan. Wajar saja dia lemah." kata pak Dodi yang menjawab langsung tanpa perlu kami bertanya.
Kisah demi kisah diceritakan pak Dodi kepada kami, dimulai bagaimana dia bisa mempunyai kekuatan ini, sampai cerita dia yang mati suri.
Keesokan harinya Sonya masih lemas. Pada hari Senin kemarinlah dia masuk rumah sakit, untuk mendapatkan kesembuhan total dari segi medis. Namun di rumah sakit, dia kembali pingsan-pingsan. Dokter yang awalnya biasa saja, mulai merasakan keanehan pada hari kedua dia merawat Sonya. Katanya ini bukan pingsan biasa, segala usaha medis sudah dilakukannya, obat yang diberikan adalah yang terbaik. "Tapi saya akan tetap berusaha dan mencari tahu jawabnya, pak." kata Dokter itu. Lalu, bapak Sonya menelpon pak Dodi untuk mencari tahu. "Oh...itu gak masalah pak. Sebentar lagi insyaallah sembuh." Keesokannya hari Rabu, rupanya Sonya kena typus dan penyakit bla bla bla. Mungkin karena kelelahan menghadapi 'makhluk' yang mengganggunya. Dan seperti yang kalian tau, Kamis 13 Desember, hari ini, dia keluar dari rumah sakit dengan kondisi fit.
Memanfaatkan situasi ini, akupun bertanya, "Nya, kenapa bisa kejadian ini? Ceritakan lah sedikit awal mula perkara besar ini terjadi."
Sonya membalikkan badannya, menatapku, "Jadi begini..." Sonya memulai ceritanya... dengan seksama aku mendengarkan ceritanya yang bakal aku ceritakan pada kalian pada part selanjutnya. Dengan anggukan dan keheranan yang luar biasa, aku menikmati cerita nyata namun aneh ini...
to be continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar