About Me

Foto saya
Hanya orang biasa yang menyempatkan untuk berkarya.

Jumlah yang sudah singgah

Kamis, 24 Oktober 2013

Tiga Bayang

I. AKU
Aku tidak tau kenapa tiba-tiba aku berada di sini. Aku tepat berada di titik tengah sebuah ruang berbentuk persegi yang memiliki jendela tepat di depanku. Ingin ku keluar dari sini, tapi aku tidak menemukan satu pun pintu. Dimanakah ini? Aku sendiri juga tidak tau. Semua terjadi begitu cepat, hanya berupa sebuah kedipan mata, dan POFF!!! Tiba-tiba aku berada di sini. Sepertinya ruang ini begitu hampa, hingga akhirnya kau datang tepat di belakangku. Entah dari mana, kau muncul begitu saja. Kau hanya diam dan aku juga. 
Pertanyaan yang sama terlontar berulang kali, "Dimana aku?" Setelah lelah menduga, aku mencoba memainkan logika. Pertama, aku ingat dan kenal kaum itu artinya kau bagian dari masa laluku. Kedua, aku perhatikan lagi tempat ini seperti sebuah penjara, sebuah kurungan. Tersentak, batinku berteriak, "Mungkinkah aku terjebak di kurungan masa lalu?" 

II. KAU
Kau masih diam tertunduk di belakangku, seperti bisu atau pemalu. Ah.. aku tau kau memang dari dulu selalu saja begitu. Tidakkah kau pernah mau belajar dari masa lalu? Hey, kenapa kau berhenti menunduk? Sepertinya kau lelah untuk menyesali keadaan saat ini. Kau mendongakkan kepala, lalu menatap ke arahku. Ekspresi datarmu menjelma menjadi wajah indah yang pernah kusuka. Senyuman itu, senyuman yang paling kurindukan. Kemudian, kau berjalan ke arahku dan duduk di sebelahku. Oh ya, aku lupa memberi tau kalau di sini ada sebuah bangku.
Kau mendekatiku, membuat kenyamanan tersendiri untukku, seperti dulu. Semakin lama kau semakin dekat di sisiku. Kau tiba-tiba menggenggam erat tangan kananku. Tentu saja aku terkejut, namun enggan untuk melepaskan. Kau adalah jeratan kenangan manis yang menyusahkanku.

III. DIA
Dia tak mau mengusik aku dan kau sejak tadi. Padahal dia tau sabar itu menyakitkan dan menunggu itu membosankan. Ah benar juga, kenapa aku tidak menyadari kehadiran dia dari tadi? Aku terlalu sibuk dengan diri sendiri yang selalu saja terjerat dengan kenangan manis bersama kau, di dalam kurungan masa lalu ini. Berulang kali aku mencoba menghampiri dia di luar sana, berulang kali pula genggaman tangan engkau menjerat dan mencegahku. Kalaupun aku bisa melepaskan genggaman engkau, tetap saja aku masih berada di dalam kurungan ini tanpa bisa keluar untuk menemui dia. 
Sekarang, aku hanya bisa menatap dia dari jendela kurungan ini. Menatapnya yang sabar menungguku. Entah bagaimana caraku nanti untuk 'pindah' ke dekatnya, yang jelas aku tau, bahwa dia adalah jendela masa depanku.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar