Kalo ngomongin Ujian Nasional sama anak kelas 3 SMA, bawaannya pasti rawan digampar. Baru juga nanya ke dia, "Eh UN tanggal berapa sih?" habis itu dia malah ngomel panjang. Ibaratnya kayak kita nanya kapan cewek PMS, pada cewek PMS.
Ngomongin Ujian Nasional itu udah kayak ngomongin Lord Voldemort. Salah-salah dikit kita bisa mati. Tapi herannya yang paling sering ngebahas dan nakut-nakutin siswa itu justru guru sendiri. Tiap kita bandel dikit dia bawa-bawa Ujian Nasional, "Heh kamu ya gak pernah perhatiin saya kalau lagi ngajar. Gak lulus UN baru tau rasa!"
Kalau udah gini ya siswanya bisa apa. Gak mungkin kan dia ngejawab, "Cie ibu pengen diperhatiin sama saya. Jangan lupa makan ya bu."
* * *
Sebenarnya sih guru-guru gak salah dikit-dikit ngancam kita dengan kalimat Ujian Nasional. Tujuannya supaya kita fokus, dan gak mau kita gagal. Kalau UN tinggal menghitung hari, guru-guru mendadak lembut. Ngomongnya dari hati ke hati, isinya nasehat semua, pokoknya semua guru mendadak menjelma jadi ustad kultum sebelum berbuka puasa.
Gak hanya guru yang mendadak jadi super baik, tapi teman-teman kita juga. Yang paling bandel satu sekolahan mendadak jadi rajin perhatiin guru kalo belajar, yang biasanya shalat fardhu aja gak pernah jadi rajin shalat tahajud, yang gak pernah puasa mendadak rajin puasa Senin-Kamis, yang udah sering puasa Senin-Kamis nambah jadi puasa Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu. Pokoknya tiba-tiba semua orang mendadak jadi religius sekali.
Selain itu suasana udah ber-aura Idul Fitri. Semua teman mendadak pengen maaf-maafan, damai-damaian. Yang paling bandel biasanya ngedeketin yang paling pintar, lalu mengeluarkan jurus andalan, "Bro. Kan kita dulu masuk SMA sini kan bareng-bareng ya, lulus juga harus bareng-bareng dong?"
Intinya seminggu sebelum UN, sekolah mendadak jadi tempat suci yang jauh dari keonaran manusia.
Tugas menjelang UN dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia gak jauh-jauh dari yang namanya pidato tentang perpisahan. Ujian prakteknya juga berpidato di depan kelas dengan tema perpisahan. Bawaannya ya rentan gitu ngomongin perpisahan. Apalagi yang baru diputusin sama pacar, bisa-bisa pas pidato malah nangis, lalu teriak, "Kamu jahat!!!"
Aku ingat waktu bikin tugas tentang pidato perpisahan tahun lalu. Saking rentannya tentang perpisahan, aku terlalu baper nulis pidatonya, dan pidatonya malah jadi kedengeran kayak surat wasiat orang yang mau meninggal dunia.
Di hari-hari menjelang UN, aku makin malas masuk kelas. Soalnya materi waktu itu gak jauh-jauh dari yang namanya membahas soal-soal UN di tahun-tahun sebelumnya. Pas ditanyain sama guru kenapa aku gak mau ngebahas soal-soal UN yang lama, aku jawab aja, "Yaelah bu. Persoalan yang udah lewat jangan dibahas lagi. Sekarang kita mikirin ke gimana ke depannya aja. Move on bu, move on."
Selain itu, isi tas gak jauh-jauh dari tumpukan fotokopian soal Try Out lah, soal UN tahun lalu lah, atau kertas-kertas lainnya yang isinya SOAL semua. Uang jajan pun jadi berkurang untuk bayar fotokopian itu. Sebetulnya malas ikut-ikutan fotokopi karena gak bakal dikerjain juga, tapi biar kesannya rajin ya ikutan aja.
Kalau aku sih dulu sok-sokan beli buku kumpulan kisi-kisi dan prediksi soal Ujian Nasional di gramedia. Tujuannya satu: ngambil untung. Minta uang 200 ribu, beli buku yang cuma 100 ribu. Mayan kan...
Nih foto pas lagi milih buku tunjangan UN |
Kalau ada yang heran kok fotonya kayaknya masih baru, jangan heran. Fotonya emang diambil 2 hari yang lalu untuk kepentingan blog.
* * *
Aku gak akan pernah lupa sama seorang guru yang paling friendly di atas dunia. Dia seorang guru Bahasa Inggris, namanya Ma'am Sri. Waktu itu, seminggu menjelang UN, aku malas masuk kelas, tepatnya pelajaran Fisika yang merupakan pelajaran paling aku benci (karena gurunya). Nah untuk melarikan diri, aku pergi deh ke koperasi sekolah dan waktu itu ada Ma'am Sri lagi fotokopi kertas soal. Terus dia nanya, "Septian kok gak masuk?"
Karena aku tau Ma'am Sri merupakan salah satu guru yang paling ngerti dengan siswa (terbukti dua tahun terakhir dia terpilih jadi guru favorit secara beruntun), aku jawab aja jujur, "Saya malas Ma'am belajar sama Ibu *tiit*, dia marah-marah terus sama saya. Soalnya dulu pernah ada masalah pas kelas 2."
"Ooh yaudah sini ajalah temanin Ma'am.." jawabnya sambil lanjut memfotokopi soal.
Gak berapa lama, momen kampret itu pun terjadi. Guru fisika aku yang seharusnya ada di kelas malah masuk ke koperasi dan memergoki aku yang lagi santai-santai (melarikan diri) di sana. Terus ibu itu nanya dengan sedikit menahan emosi, "Kamu kok gak masuk?"
Karena panik, aku gak bisa jawab apa-apa lagi, gak mungkin kan jujur, "Saya malas belajar sama ibu. Marah-marah terus kayak remaja PMS."
"Kamu kenapa gak masuk?" tanyanya lagi. Aku cuma diam.
Tiba-tiba Ma'am Sri angkat bicara, menyelamatkan aku dengan satu kalimat luar biasa yang gak aku sangka-sangka.
"Eh maaf bu, tadi saya yang panggil Septian ke sini, ada lembaran yang harus diambil untuk IPA 5. Kebetulan dia ketua kelasnya.."
Aku masih terdiam pas Ma'am berhasil meyakinkan ibu Fisika tersebut. Tak berapa lama setelah diyakinkan, ibu Fisika itu pun keluar koperasi dan kembali masuk ke kelas. Tepat setelah dia keluar dari ruangan koperasi aku langsung menyalami guru terbaik se-alam semesta.
"Makasi ya Ma'am. Ndeh hampir lagi.."
"Iya. Kamu masuklah lagi. Nanti ibu tu tambah marah."
Aku mengangkat jempol dan sambil mengucap terima kasih bertubi-tubi, aku pun berjalan ke arah kelas dengan nafas lega.
Kebaikan Ma'am benar-benar teruji dahsyat. Saat ulang tahun, seluruh
kelas yang dia ajar memberikan ia kado dan kue dengan kejutan berbeda.
Tanpa terkecuali. Semuanya! Memang The Best Teacher in This Era.
* * *
Ehem. Lanjut lagi ke masa-masa menjelang UN.
Ada momen yang gak pernah tertinggal sebelum Ujian Nasional. Yaitu beredarnya SMS dan Broadcast Message yang intinya "...jika kamu tidak mengirim pesan ini, maka kamu tidak lulus dan ancaman bla-bla-bla lainnya.." Semacam SMS mama minta pulsa versi Ujian Nasional.
Kegelisahan teman-teman menjelang UN juga beragam. Yang terpintar satu sekolahan malah menjadi orang yang paling panik menghadapi UN. Yang pacaran malah takut bakal LDR-an kalau kuliah di Universitas berbeda. Yang paling gaul justru malah gelisah mikirin pas perpisahan pakai baju apa.
Ada fenomena yang paling sering terjadi beberapa minggu sebelum UN dan pasti setiap tahun kejadian. Fenomenanya adalah "ketahuan hamil beberapa minggu sebelum UN". Mana yang gurunya bisa dikompromi ya pura-pura gak tau, terus dia tetap boleh UN. Mana yang gurunya agak tidak punya toleransi ya pasti dikaduin. Alhasil, lulus SMA nggak, punya anak iya, suami entah dimana. Yang jelas kehidupannya bakal makin berantakan. Kan kasihan. Coba deh guru-guru kalau mergokin siswi kelas 3-nya hamil pura-pura gak tau aja kayak, "Kamu gemukan ya sekarang." atau "Kamu busung lapar ya? Kok buncit gitu?"
Ada fenomena yang paling sering terjadi beberapa minggu sebelum UN dan pasti setiap tahun kejadian. Fenomenanya adalah "ketahuan hamil beberapa minggu sebelum UN". Mana yang gurunya bisa dikompromi ya pura-pura gak tau, terus dia tetap boleh UN. Mana yang gurunya agak tidak punya toleransi ya pasti dikaduin. Alhasil, lulus SMA nggak, punya anak iya, suami entah dimana. Yang jelas kehidupannya bakal makin berantakan. Kan kasihan. Coba deh guru-guru kalau mergokin siswi kelas 3-nya hamil pura-pura gak tau aja kayak, "Kamu gemukan ya sekarang." atau "Kamu busung lapar ya? Kok buncit gitu?"
* * *
Pas hari Ujian Nasional tiba, as usual, yang paling panik adalah yang paling pintar. Yang biasa-biasa aja atau yang bodoh sekalipun mah bodo amat lah. Kalau dia gak pintar dan gak bodoh juga, tapi dia panik, berarti dia duduk di depan pengawas.
Aku setuju dengan teori bahwa "Lokasi ujian mempengaruhi prestasi". Itulah mengapa nasib orang yang duduk di depan saat ujian sangat tidak beruntung.
Tapi sebenarnya juga tergantung pengawas. Kalau pengawas punya mata liar, ya mau duduk di paling belakang sekalipun tetap aja gak nyaman. Tips dan trik buat yang mau ujian: siapin koran/majalah di meja pengawas supaya mereka lengah dan kita bisa beraksi. Ingat, korannya jangan koran MX.
Momen paling mendebarkan itu pas tiba-tiba si pengawas berdiri dari duduknya terus berjalan keliling ke arah meja kita. Dalam waktu sepersekian detik, latihlah tangan kalian untuk bisa menyembunyikan semua contekan yang kalian punya dan beraktinglah seolah tidak terjadi apa-apa.
Selain itu sok-soklah mengerjakan soal saat pengawas berhenti di sebelah kita. Pura-pura seolah kamu mengerti soal tersebut. Misalnya matematika, tulis aja rumus asal yang penting kertas buram kamu agak terisi dikit.
Tahun lalu, ujian kami 25 paket. Sedangkan isi satu kelas hanya 20 orang. Jadi ada 5 soal sebagai cadangan. Sedangkan 'jimat' yang tersedia hanya untuk 20 paket. Bisa dipastikan setiap orang punya peluang sebesar 20% untuk mendapatkan paket soal yang gak ber-'jimat'. Alhamdulillah aku selalu dapat yang ada 'jimat'-nya. Makanya lulus..
Teman-teman yang sial berusaha menukar soal mereka. Entah sengaja membasahi kertas jawaban supaya diganti, atau merusak LJK nya. Yang jelas mereka harus mengupayakan gimana caranya soal 'sial' ini ditukar dengan soal yang ada 'jimat'. Karena soal dan LJK sepaket, otomatis bila kertas LJK rusak, soal juga harus diganti.
Tahun lalu, teman aku yang lagi sial, dapat soal yang gak ada 'jimat'nya setelah dicocokin. Alhasil dia basahin LJK-nya supaya mau diganti, tapi sayang pengawasnya menjijikkan dan menolak untuk mengganti. Di 20 menit terakhir menjelang ujian selesai, dia karena panik malah nangis. Pengawas heran dong, dan nanyain kenapa. Rupanya dia masih ngotot minta ditukarin soal. Demi menghindari kelas banjir karena air mata, pengawasnya nukarin soal juga, dan dia jackpot dapat soal yang ada 'jimat'. Yap, dia berubah jadi jenius. Di sisa 20 menit terakhir dia sanggup menyelesaikan 50 soal Ujian Nasional Matematika tanpa melihat pertanyaan. Keren...
* * *
Setelah Ujian Nasional berakhir, semua siswa kelas 3 berasa bebas kayak burung yang lepas dari resleting. Padahal ntah jawabannya benar atau hancur, gak peduli, yang penting having fun dulu aja.
Waktu jamannya aku, ada 2 hal pelampiasan yang dilakukan anak laki-laki angkatan kami. Pertama, main fun futsal sepuasnya. Kedua, mabok-mabokan.
Eng.. yang kedua becandaan doang. Untuk orang se-cupu kami, gak mungkin bisa mabok-mabokan. Minum es teh manis dua gelas aja muntah.
Biasanya kalo gak main futsal rame-rame, ya bikin turnamen PES.
Eng.. yang kedua becandaan doang. Untuk orang se-cupu kami, gak mungkin bisa mabok-mabokan. Minum es teh manis dua gelas aja muntah.
Biasanya kalo gak main futsal rame-rame, ya bikin turnamen PES.
Aneh ya, makin dekat sama perpisahan, kami ataupun orang lain pada umumnya justru semakin akrab. Yang gak pernah main bareng, jadi main bareng, yang pendiam jadi gak malu-malu lagi, yang musuhan jadi baikan. Pokoknya hari-hari ini adalah hari paling membahagiakan sepanjang SMA.
Mengabadikan momen di tiap sudut ruang sekolah menjadi perkara terpenting. Pengungkapan kisah cinta pun semakin menjadi deadline yang bertubi-tubi. Intinya, semua hal harus dicapai sebelum batas waktunya habis. Walau kadang kala ada juga yang masih mengeluarkan jurus andalan seperti, "Maaf ya aku mau fokus UN dulu.."
* * *
Kalau ngingat-ngingatnya lagi jadi pengen nangis haru. Sedih, karena kenapa semuanya berlalu secepat itu. Senang, karena udah menjadi bagian dari kebahagiaan masa lalu.
Kalau kami mengingat lagi, rasanya bodoh sekali meyakini bahwa setelah lulus SMA hidup akan menjadi lebih bahagia. Setelah lulus malah baru sadar bahwa bagian terbaik dalam hidup justru pas di SMA.
Buat teman-teman yang akan menjalani Ujian Nasional, tetap semangat dan nikmati hari-hari terakhir di sekolah ya. Jangan pernah sia-siakan sedetik waktumu untuk tidak meninggalkan kesan.
Dan buat teman-teman seangkatan yang ngebaca ini, terima kasih udah pernah berbagi bahagia di masa yang sama. Jangan pernah sedetikpun melupakan kesan-kesan yang pernah kita torehkan dengan tawa dan duka.
* * *
Masuk sama-sama, Lulus juga harus sama-sama.
* * *
Special Thanks to :XII IPA 5 - The High Five Class
"Meski sudah berbeda arah dan harus berpisah, terima kasih telah menyajikan warna dan kebahagiaan baru di setiap kisah."
Menjelang Ujian Nasional |
Setelah Ujian Nasional |
Perayaan Lulusan |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar