Hellz allz..
Fak yeah. Setelah hampir empat bulan gak ngeblog akhirnyaaa...
Sesuai janji di postingan yang lalu aku mau ceritain tentang gimana sih cerita kehidupan aku selama di KKN. Iya sih telat banget nyeritainnya, but it's okay.
Intro dulu yes. Jadi aku KKN di Kab. Bengkalis tepatnya Desa Pedekik. Beruntungnya Desa Pedekik ini gak desa-desa banget, jarak dari Desa-ku ke pusat kota Bengkalis-nya aja paling sekitar 10 menit naik motor, kalau ngebut bisa lebih singkat lagi sekitar 5-7 menit. Dari seluruh desa yang menampung anak KKN, desa aku inilah yang paling dekat ke kota. So, I am lucky enough, right?
Tinggallah dua belas orang asing yang dipaksa hidup serumah. Dua belas orang itu adalah...
- ASRI HIDAYAT - Atuk
- NURAINI - Nenek
- SRI ELLA GISTI - Ummi
- ANNISA KUMALA - Mama
- TAUFIQ GANDHI - Papa
- SEPTIAN ARIFANDI - Abang
- FATHMA ANNISA - Kakak
- REISA SAFIRA - Adek
- MAGGIE DARLENE - Meimei
- TESA LIANTIKA - Buyut
- WIRVAN SUSENO - Tetangga
- MEGAWATI - Tukang Tusuk alias Atlit Anggar
Untuk penampakan mereka, nih aku kasi liat video profilnya:
Oke, ehem. Ceritain hal-hal buruk apa hal baik dulu nih?
Kayanya lebih enak ceritain hal buruk deh, karena hal-hal buruk adalah bahan tertawaan paling jituu. Huehehe..
Well, sebenarnya dari hari awal udah buruk sih bahkan jauh sebelum KKN dimulai. Hari itu adalah hari memilih lokasi KKN. Karena pendaftarannya dilakukan secara online maka kami harus rebutan untuk ngedapatin lokasi yang diinginkan.
Siapa cepat, dia dapat. Karena online, kita harus mantengin website nya dari pendaftaran belum buka sampai pendaftaran dibuka, biar cepet dan sigap aja gitu. Kabar awalnya pendaftaran lokasi KKN dibuka jam 10 pagi tanggal berapanya lupa. Eh setelah udah mantengin, tetiba di website-nya ditulis kalau pendaftaran diundur sampai jam 2. Kan kampret.
Singkat cerita akhirnya jam 2 siang resmi dibuka pendaftaran online. Nah seperti biasanya juga, server Universitas pasti down kalau ada hal-hal macam gini. Udah hal yang dimaklumin lah. Dengan perjuangan membabi buta dan reload page yang gak ada henti-hentinya, akhirnya bisa daftar ke desa Pedekik sekitar setengah jam kemudian.
Karena desa itu favorit (faktor dekat dari kota), jadinya cepat banget penuh kuotanya, Alhamdulillah sih, aku masih sempat masuk ke sana.
Hmm..
Setelah KKN jalan seminggu, ada hal yang aku sadari. Entah kenapa kalo di desa waktu berjalan lebih lambat. Seminggu pertama ya Allah itu waktu rotasi bumi setara rotasi planet Jupiter. Lambaaaat banget. Satu hari berasa gak 24 jam, tapi kayak 24 hari.
Itu kami udah berasa banyak ngelakuin kegiatan, pas liat jam eh baru jalan 5 menit.
Seminggu pertama semuanya membosankan, entah karena kami masih belajar mengenal lingkungan baru, teman serumah yang baru, atau mungkin karena di sana gak ada sinyal internet.
Yak, sebagai pemuda jaman now, hiburan kami ya terbiasa dengan dunia maya sana. Di sini, kami nggak ada akses untuk itu. Alhasil kami seolah-olah kehilangan hiburan.
Menit demi menit kami abisin dengan main UNO lah main domino lah, dan pertaruhannya ada-ada aja. Kadang yang kalah mukanya dicoret, mukanya ditampar, atau mukanya disuruh operasi plastik saking jeleknya, pokoknya hukumannya aneh-aneh.
Oh iya di minggu awal ini semua cewe masih kaleem, pake jilbab di dalam ataupun luar rumah, ngebangunin kami yang cowo dengan lemah lembut... Pokoknya love-able.
Minggu kedua dan seterusnya, hanya Allah yang tau...
Kalemnya ilang, berganti sama sifat ganas ala wanita. Cerewet, suka nyuruh-nyuruh, gak diturutin ngambek, jilbab dilepas, dan ngebangunin teriak-teriak sambil gedor pintu kamar dengan cara yang kasar banget kayak mau ngerobohin pintunya. Itu suara gedoran pintunya udah pasti bikin bangun dari tidur. Yang lagi mimpi basah sekalipun kalo digedor kayak gitu langsung jadi kering.
Pengen ngebenci, tapi untung cantik..
Ada banyak sih sifat keegoisan yang muncul di kelompok kami ini, tapi ya nanti post ini jadi kepanjangan. Haha.
Termasuk aku.
Aku sih kadang egois juga. Sesimpel gamau disuruh nyuci piring, nyapu halaman, atau yang lain, karena mager. Ya walaupun itu hari piket, tapi entah kenapa kalau diperintah dan disuruh aku makin males ngerjainnya. Kesal aja gitu rasanya kalo disuruh-suruh. Aku yang tadinya emang niat ngelakuinnya dengan senang hati, jadi males karena disuruh pake dibentak-bentak. Emangnya aing babu apah.
Karena aku bawa motor sendiri dari Pekanbaru, jadi aku suka jenjalan gitu sore-sore, kadang ngajakin temen juga. Yang aku ajakin juga gak semua. Yang aku suka aja wkwk. Nah kalo perginya sendiri, paling sebel kalo ditelponin pas lagi nyantai di kota.
Lebih nyebelin lagi mereka nelpon dan nyuruh pulang karena mereka mau pake motor. Watdehel?
Aku disuruh pulang karena mereka mau pakai motor. Lah! Ini kan motor aku sendiri, kenapa malah mereka yang lebih merasa berhak. Hahahaha.
Bukannya pelit sih, cuma keegoisan aku emang paling pantang kalau lagi enak-enaknya, lagi santai, diganggu sama hal gak penting gitu. Serius deh aku gak pelit, tanya aja mereka siapa yang kalo pergi ke kota selalu bawain sesuatu dan selalu nelpon "Kalian mau dibeliin apa?"
Ehem.
Tapi walopun gitu kami adalah sekelompok orang yang perlahan mulai saling mengenal dan memahami satu sama lain. Kelompok ini perlahan berubah menjadi keluarga yang aku yakin, saling menyayangi.
Kalo ada yang sakit aja contohnya, semua mau ngejagain, dan bertindak lebih dari sekedar prihatin. Mereka lebih banyak action daripada cuma bilang gws yaa. That's a nice thing that we almost never seen in this era. Karena jaman sekarang orang lebih suka ngucapin get well soon daripada datang ngejenguk, that's the fact.
Yang amat disayangkan adalah aku gak pernah sakit selama di sana. Jadinya gak sempat deh ngerasain tangan penuh kasih sayang mereka ngerawat aku. Hahahaha.
Banyak hal yang menyenangkan yang aku tau di sana. Dari diri sendiri sih aku cenderung nemuin hal baru yang aku gapernah dapatin di rumah: kebebasan.
Yap, untuk pertama kalinya aku bisa bebas mau ngapain aja karena gak ada yang larang, and I can try some stuffs that I never did before, like.. smoking maybe? Lol.
Aku juga bebas pulang jam berapapun tanpa ada yang ngomelin: "KALO GAK NYAMPE RUMAH DALAM 10 MENIT, MALAM INI TIDUR DI TERAS"
Di sini gak jarang aku pulang hampir shubuh tiap malemnya karena main dengan pemuda desa.
Ohiya lagu-lagu yang aku sukai berhasil aku tularkan ke temen-temen KKN hingga mereka akhirnya suka dan hafal. Lagu dari musisi Indie macam Fourtwnty, Banda Neira, Amigdala, Fiersa Besari dan banyak lagi berhasil aku racuni ke mereka. Sampai-sampai pas di kamar mandi aja tetep nyalain lagu-lagu dari aku.
Bahkan ada suatu pagi Opik cerita pas kejadian dia lagi mandi. FYI, kamar mandi dan tempat buang air besarnya pisah gitu, tapi ruangannya bersebelahan sehingga suara masih bisa kedengaran.
"Eh Ndi, tadi aku pas mandi, dari sebelah kedengaran ada yang ngidupin lagu Fourtwnty. Awalnya aku kira itu kau yang lagi berak, eh setelah aku ingat, kau kan masih tidur."
"Terus siapa?"
"Gak tau, tapi yang jelas bau eeknya kecium anjir."
"Waduh. Ini maksudnya apa ya."
"Mungkin sengaja dihidupin 'lagu kau' buat kamuflase seolah-olah yang lagi boker itu kau, Ndi. Untung aku ingat kau masih tidur."
"Ya elaaah, dalam hal berak aja aku masih difitnah ya.."
Tapi usut punya usut emang ternyata yang lain udah jatuh cinta sama lagu indie, tepatnya ketularan. Bukan mau fitnah sih ternyata. Udah jadi kebiasaan juga kalo lagi boker semuanya idupin lagu, buat nutupin suara-suara 'unik' yang ada pas lagi boker. Malah ada juga temenku yang lagi boker main Candy Crush dengan music Volume full. Itu sampai-sampai aku yang lagi mandi aja tau kapan dia naik level dam kapan dia game over.
Ya mungkin itu aja sebagian kecil cerita kami di KKN yang aku inget. Beberapa momen juga sempat aku kemas dalam bentuk visual seperti video yang kalian bisa lihat di channel youtube-ku. Tinggal klik aja. Beberapa juga bisa kalian kepoin di instagram @kknpedekik2017
Buat pembaca yang belum KKN dan kuliah di Riau, boleh nih kalau misalkan tahun depan desa Pedekik masih nerima mahasiswa KKN, aku rekomendasikan. Selain lokasinya yang dekat dengan kota, faktor masyarakatnya juga patut dipertimbangkan karena notabene adalah alim ulama yang cenderung punya banyak kegiatan keagamaan.
Buktinya aja perpisahan kami dirayakan dengan panjatan doa-doa dan potong tumpeng. Beda banget sama perpisahan desa-desa lain yang aku denger dari teman-temanku yang diisi sama acara 'keyboard dan biduan dangdut' yang bikin goyang teros~
Oke, sekian dulu yaw. Kalo ngerasa kurang, tinggal tonton aja video-video di channel Youtube ku itu hehehe..
Buat temen KKN aku yang dulu sering ngomong, "Kalau udah di Pekanbaru kita harus tetap dekat dan sering ngumpul ya.."
BACOT!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar