Malam minggu, atau lebih dikenal Sabtu Malam oleh para jomblo merupakan saat yang paling ditakutkan oleh mereka (termasuk aku). Sabtu Malam itu ibarat siksa kubur bagi umat Jomblo. Mengapa? Karena mereka akan tersiksa oleh para manusia yang
tidak mengenal toleransi berasmara dan seenaknya saja memamerkan kemesraan di hadapan spesies-spesies jomblo yang ada. Sungguh terkutuklah mereka...
tidak mengenal toleransi berasmara dan seenaknya saja memamerkan kemesraan di hadapan spesies-spesies jomblo yang ada. Sungguh terkutuklah mereka...
Aku sebagai jomblo berbakat abad ini, punya cara tersendiri supaya Sabtu Malam ini akan menjadi lebih bermakna dan gak terasa kesepian. Caranya, aku dengan sengaja mengumpulkan teman-temanku sekaum jomblo berkumpul di tempat sama, saling menghibur diri. Yaah.. mentok-mentok juga dikatain homo.
Pernah suatu Sabtu Malam, aku makan sate berduaan dengan teman sesama jomblo. Kesannya emang agak homo gitu, tapi ya sudahlah, mending homo daripada bajingan. Pernah juga di suatu Sabtu Malam yang lainnya, aku seperti biasanya ngumpul bersama teman jomblo lainnya. Gak enak lah ngumpul gak ada makan-makannya, lalu kami pun pergi ke tempat makan kaki lima terdekat dan membeli mie rebus. Tragisnya, penjual mie rebus itu dengan sengajanya menyakiti perasaan kami dengan berkata, “Kok gak malam minggu dengan pacarnya dek? Ooh ini mie buat pacarnya ya. Pacarnya sedang nunggu di rumah ya?” Kami hanya bisa tersenyum dan berharap kompor di dekatnya akan meledakkan seluruh dagangannya. Sayang sekali hal itu tak terjadi, karena aku lihat dia tidak memakai tabung gas elpiji 3kg. Andai saja kami membawa pisau waktu itu.
Tapi bukan berarti aku tidak pernah mengajak cewek jalan. Ada di suatu Sabtu Malam yang lainnya lagi, aku pernah iseng ngajak seorang teman jomblo (cewek) untuk diajak jalan. Aku sms dia, ini kutipan sms nya tanpa edit:
(A=Aku, T=Target)
A : “Ntar malam kemana?”
T : “Gak tau, mungkin di rumah aja. Kenapa?”
A : “Jalan kita?”
T : “Kemana? *di dalam otak teringat banyak PR*”
Seketika akupun merasakan kehadiran hashtag #TandaDitolak berputar-putar di depan mataku karena membaca kalimat yang ada di tanda bintang, aku langsung ngeles :
A : “Lah iyo pulo.. Aku bercanda pun ha. ha. ha.”
T : “Heee -__-“
Gayanya aja nulis begitu, padahal dalam hati dia,”Alhamdulillah..Ya Allah” Sambil jungkir balik, salto belakang, masuk jurang...
Apa lah yang salah dari isi sms aku? Mengapa dia langsung menolak secara halus begitu? Atau bukan isi sms-nya yang salah, melainkan muka ini yang salah? Naudzubillahiminzalik...
Sejak saat itulah aku trauma untuk mengajak gebetan Malam Mingguan dan mendapat sebuah pencerahan:
"Ketika anda gagal mengajak gebetan jalan, maka jangan khawatir, sabun akan membantu permasalahan anda."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar