About Me

Foto saya
Hanya orang biasa yang menyempatkan untuk berkarya.

Jumlah yang sudah singgah

Senin, 29 Oktober 2012

Kerikil-kerikil Kecil

Aku emang gak pernah ngerti apa yang aku rasakan saat ini. Rasanya mataku ini seperti infocus yang selalu memantulkan gambar wajahmu di tiap sisi mataku memandang. Pikiran, hati, dan jiwa ini seakan menari dalam harmoni. Yaa..Rindu yang begitu dahsyat.
Aku juga tidak pernah mengerti entah bagaimana kamu bisa merasuki pikiran ini walau sebenarnya kita memang telah sering bersama dan rasa itu memang belum pernah ada. Semesta memang telah mengatur pertemuan kita sebelumnya. Tugas kita hanya memainkan skenario yang ada.
Permasalahannya adalah aku rasa skenario yang ada denganmu berbeda jalan ceritanya dengan punyaku. Aku tidak benar-benar yakin apa yang aku rasakan saat ini adalah sama dengan yang kamu rasakan. Aku bisa melihatnya dari tingkahmu yang memperlakukanku seperti Kerikil-kerikil Kecil yang tidak dianggap dan diperdulikan siapapun. Kerikil yang gak ada harganya sama sekali, bahkan di pinggir jalan, walau jumlahnya banyak tidak satupun yang pernah memikirkannya. Mereka berlalu begitu saja sebagaimana angin yang berhembus saat itu. 
Satu kata yang tepat cukup menggambarkan semuanya, PUPUS... ya benar sekali, ini memang bertepuk sebelah tangan. Seperti kisah Severus Snape yang mencintai Lily Potter, selalu dan untuk selamanya. Atau kisah Julian Assange yang jatuh cinta pada pandangan pertama hanya untuk gadis yang dikenalnya di dalam suatu bar. 
Kerikil tetaplah kerikil. Tidak diperdulikan dan tidak dihiraukan. Mereka memang gak pernah mengatakan apapun, walau sebenarnya mereka itu kacau dan gundah. Pernah suatu ketika saat bayang-bayang senja mulai menghampiri, saat itu langit terlihat mulai gelap, semburan cahaya matahari mulai lenyap, ketika pikiranku tengah kacau akan bayang-bayang wajahmu, seseorang bertanya, "Kamu kenapa?" aku cuma bisa menjawab, "Entahlah, aku mulai tidak mengerti dengan hidupku." 
Kerikil itu memang sedang menunggu. Menunggu keterbukaan sebuah peluang darimu. Jika penantian ini akan sia-sia, mungkin kerikil ini akan tetap tegar dan diam hingga perasaaannya terhadapmu mulai pudar. Sampai kapan? Entahlah. Kerikil ini memang keras, karena mereka kuat.
Mungkin aku hanya perlu belajar dari kerikil ini , menunggu akan kesempatan yang kau berikan atau menunggu rasa ini pudar sedikit demi sedikit hingga akhirnya hilang dan hanya tinggal kenangan. What we call that? Unrequited Love...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar