"Pedekate adalah fase Larva dalam sebuah metamorfosis cinta"
Kalimat di atas pasti udah gak asing lagi buat pembaca-pembaca setia blog aku ini. Kutipan tersebut terdapat pada tulisanku yang terdahulu berjudul, "Larva". Bagi yang belum baca, sebaiknya baca dulu deh daripada bingung ngikutin ceritanya nanti.
Sama seperti Larva yang pertama, kali ini aku masih bercerita mengenai temanku yang sedang menjalani fase Pedekate dalam perjuangan cintanya. Namanya Zaki. Sengaja aku beri nama Zaki, soalnya kalau diberi nama Daki kan kesannya jorok. Zaki ini udah lama tertarik pada gadis polos kelas tetangga sebelah yang bernama Aini. Padahal sebetulnya, Zaki memiliki banyak penggemar di sekitarnya. Tapi apa boleh dibuat, Zaki cuma tertarik pada sosok Aini yang menurutnya, "Sederhana tapi Istimewa". Aku udah bilang kepadanya, mendekati Aini cuma sebuah kesia-siaan karena menurut teman-teman terdekat Aini, Aini adalah termasuk gadis yang polos dan lugu yang masih sangat sulit didekati.
"Zak, kata temen-temen si Aini, dia tuh orangnya polos dan lugu amat loh! Pacaran aja belom pernah." Kataku kepada Zaki dengan mata berbinar-binar.
"Oh ya?" Zaki tidak yakin.
"Iya. Kata temennya lagi ya, dia itu anaknya cepat takut gitu kalau dideketin sama cowok." Aku kembali meyakinkan.
"Oh ya? Zaki kembali tidak yakin.
"Iya. Kalau dia dideketin gitu pasti dia gak bakal mau bicara lagi sama kau Zak!"
"Aku curiga... Jangan-jangan dia gak suka cowok. Dia homo kali ya?"
"Homo? Lesbi mungkin maksud kau Zak?"
"Oh iya, Lesbi. Kalau Homo mah kita kan? Ha ha ha." Zaki tertawa garing.
*kemudian ada hening yang panjang*
Itulah Zaki. Tidak ada yang mampu menghentikan kehendaknya ketika tekadnya udah bulat. Padahal kalau dipikir-pikir, daripada dia meneruskan perjuangan yang bakal sia-sia ini, mendingan dia lebih menaruh perhatiannya pada orang-orang yang menjadi penggemar rahasia-nya yang lebih peduli kepadanya. Tapi itulah manusia, mereka lebih tertarik kepada orang yang di belakang punggung mereka ketimbang orang yang udah jelas-jelas di depan matanya. Kenapa? Jawabannya adalah "rasa penasaran". Oleh karena rasa penasaran itulah Zaki lebih memperjuangkan perasaannya kepada Aini.
Untuk memperlancar serangan cinta atas Aini, Zaki sudah mempersiapkan strategi-strategi tempur terampuh. Dan rencana pertamanya adalah mencari "dekingan" atau "mak comblang". Untuk mencari Dekingan yang tepat, maka Zaki mempersiapkan audisi terlebih dahulu. Konon katanya audisi itu bernama XXX-Factor.
Setelah cukup lama bersenggama dengan seleksi yang ketat, Zaki akhirnya mendapatkan 3 orang yang pantas untuk menjadi amunisi dalam penyerangan ini.
Mereka adalah sahabat-sahabat terdekat Aini, yaitu:
1. Surti
2. Lastri
3. Midun
Zaki pun memulai rencananya sesuai urutan amunisinya yaitu dengan Surti. Setelah berkisah panjang terhadap Surti, dan melakukan negosiasi eskrim, akhirnya Surti mau membantu Zaki untuk mendapatkan pujaan hatinya. Strategi pertama mereka adalah dengan cara Surti berpura-pura meminjam buku Aini, lalu nanti yang mengembalikan buku tersebut kepada Aini adalah Zaki. Zaki akan memanfaatkan kesempatan ini untuk berbicara dengan Aini, dan....mereka saling kenal lalu jadian.
Tapi takdir berkata lain, rupanya entah bagaimana ceritanya, buku itu malah dikembalikan sendiri oleh Surti. Zaki kesal dan cuma bisa meratapi dari balik jeruji jendela. Lantas... dekingan pertama gagal.
Selanjutnya, Zaki melakukan penyerangan memakai amunisi kaliber yang lebih senior lagi, Lastri. Sekilas namanya emang kayak pembantu tetangga sebelah, padahal sebenarnya dia pembantu tetangga depan. Lastri mempunyai strategi lain untuk dilancarkan. Adalah ketika Lastri berbicara dengan Aini, nanti Zaki akan berpura-pura basa-basi kepada mereka, gabung cerita dan akhirnya Zaki kenalan dengan Aini, lalu mereka...jadian.
Tapi takdir berkata lain, rupanya entah bagaimana ceritanya, ketika Lastri berbicara dengan Aini mengenai PR atau apalah, dengan kode yang telah dipersiapkan sebelumnya, Lastri memanggil Zaki. Zaki yang mengerti sinyal tersebut, langsung berjalan mendekati mereka berdua, memulai basa-basi,
"Hei... Ini tugas apa woi?" Zaki memulai basa-basi sambil setengah berharap Aini akan membalas sapaannya.
"..." Hening.
"Ini tugas apa? Mana tau aku bisa bantu loh." Zaki kembali basa-basi dengan sedikit air liur basi.
"..." Hening lagi.
"Tugas apa sih ini woi?" Zaki kembali mengulang pertanyaan yang sama dengan mulut yang penuh buih.
Melihat situasi kian berbahaya, dan di luar kendali karena ditakutkan buih yang ada di mulut Zaki bisa meracuni mereka berdua, Lastri pun terpaksa menjawab pertanyaan Zaki,
"Oh ini tugas Ekonomi."
"Loh? Kita kan anak IPA..?" Zaki menelan buih di mulutnya.
"Oh iya, ya..." Lastri kemudian membenamkan otaknya ke dalam buih mulut Zaki.
Merasa bertanggung jawab akan kesalahannya, Lastri pun menghadiahkan Zaki nomor HP dan pin BB-nya Aini. Zaki senang bukan main, kabarnya dia sempat kencing dengan satu kaki dinaikkan ke atas, saking senangnya.
"Eh lihat loh, aku dapat nomor HP sama pin BB-nya Aini." Zaki menyombongkan itu di hadapanku.
"Oh gitu, terus? Udah kau invite?" Aku tetap calm down. Karena gak mungkin kan aku bilang 'Ih WOW, ciyus Miapah' di depan muka Zaki.
"Udah. Dan udah di Accept juga loh!" Zaki senang, sambil mengencingi tiang listrik dengan satu kaki diangkat.
"Oh gitu, terus? Udah kau chat?"
"Udah."
"Oh gitu, terus? Udah dibalas?" Seketika aku menjadi makluk ter-KEPO sedunia. Mungkin pada saat itu aku bisa masuk dalam Guinness Book of World Record.
"Gak dibalas tapi." Zaki sedih, berhenti kencing sambil mengangkat satu kaki.
"Yaudah, jangan nyerah dong, coba lagi..! Mengejar cinta Aini itu ya ibarat Mozilla Firefox, ketika koneksi gagal kita dihadapkan pada 2 pilihan. Antara mau TRY AGAIN atau EXIT. Emang kau mau Exit perjuangan kau yang udah sejauh ini?" Kata aku yang sok mendadak filosofis.
"OKE! AKAN AKU COBA MALAM NANTI."
Seakan gak sabar menanti kabar dari perjuangan proses Larva dari seorang Zaki, aku gak bisa tidur malam itu. (Walau sebenarnya karena kebanyakan tidur siang.)
Esok paginya, Zaki bercerita kalau tadi malam dia belum chat dengan Aini, melainkan chat dengan Midun, amunisi ketiganya. Dia minta si Midun untuk memberi sedikit pencerahan kepada Aini yang terlalu polos itu. Midun ini perempuan, kalau laki-laki dia pasti namanya Madun. Midun merupakan sahabat Aini dari Zygot. Jadi, setiap nasehat dari Midun kemungkinan besar akan didengarkan oleh Aini. Berikut cuplikan nasehat Midun kepada Aini :
M : Aini, aku mau nanya. Zaki pernah gak chattingan sama kau?
A : Pernah.
M : Kau balas?
A : Enggak.
M : Kenapa gak kau balas?
A : Aku takut.
M : Kenapa harus takut? Kan Zaki orangnya baik...
A : Serius? Eh tapi takut aku, dun...
M : Serius, coba aja dulu balas chatnya, kalau gak gitu, kapan kau mau tau dia itu orangnya gimana.
A : Iya deh.
M : Jadi gimana? Besok kalau dia chat, kau mau balas?
A : Bisa jadi. *seketika Aini langsung masuk acara Eat Bulaga*
Zaki yang sudah mendengar kabar ini, langsung melancarkan serangan kepada Aini. Dan seperti yang kita duga, Aini akhirnya membalas. Zaki sangat senang melihat hal ini, ia merasa seakan-akan menara Eiffel pindah ke halaman rumahnya, Keajaiban Dunia!
"Emang kau bilang apa ke dia?" aku bertanya
"Nih lihat.." kata Zaki sambil menyodorkan HP-nya.
Zaki : Aini..... :) ---pukul 19.30
Aini : Y----pukul 22.30
Yah itulah orang pedekate, baru dibalas chatnya sama gebetan aja senangnya bukan main. Padahal dijawabnya cuma singkat, lama pula balasnya. Cinta emang membuat orang jadi gila. Mungkin si Patar gila karena jatuh cinta kali ya...
Esoknya, Zaki kembali mengalami perkembangan dalam Larva-nya. Kali ini Aini menjawab lebih panjang dan cepat daripada biasanya. Zaki langsung puasa esok harinya....
Zaki : Aini........ :) -----Pukul 19.30
Aini : Ya -----Pukul 22.29
Esoknya lagi, Zaki mengalami perkembangan lagi. Aini menjawab lebih panjang dan lebih cepat, dan spesialnya, "memakai emoticon". Melihat perkembangan ini, Zaki langsung menyumbangkan 2,5% hartanya kepada anak Yatim.
Zaki : Aini...... :) ----Pukul 19.30
Aini : Ya :) -----Pukul 19.59
Esoknya lagi, Zaki langsung memberi sebuah hipotesis. Dia berani bertaruh Aini tidak hanya menjawab, tapi juga bakal balik bertanya kepada Zaki. Kalau ini terjadi, Zaki rela mengorbankan seluruh hartanya untuk disumbangkan kepada panti asuhan. Semoga hal ini gak terjadi.........
Pedekate emang butuh perjuangan keras, demi menempuh ending yang bahagia. Pedekate itu ibarat menghirup marijuana di dalam medan pertempuran : gak takut mati (gagal). Larva Zaki bisa saja menjadi Kupu-kupu yang indah, atau bahkan menjadi sebuah kepompong yang gagal. Tapi yang penting dia sudah mencoba. Hasil urusan belakangan, yang penting usaha dulu. Because we never know when we never try. Lagipula, Zaki pernah bilang, perjuangan mendapatkannya adalah bagian paling menarik dalam sebuah perjalanan cinta. Ya... Zaki benar, Larva emang fase paling menarik dalam sebuah metamorfosis. Dimana Larva-larva hanya hidup untuk makan-makan-dan-makan-daun. Setelah itu dia tidur di dalam air liur yang menyelimutinya demi menempuh sebuah kehidupan baru sebagai kupu-kupu yang indah....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar