About Me

Foto saya
Hanya orang biasa yang menyempatkan untuk berkarya.

Jumlah yang sudah singgah

Rabu, 16 Oktober 2013

Kau Perlu Tau

Sebenarnya berat untuk melepasmu. Tapi mau bagaimana lagi, aku tau kau sudah tidak sanggup lagi. Dan kurasa kau juga sudah benci kepadaku. Aku ingat saat aku mencoba mengendalikan situasi dan mencoba mengembalikan kondisi seperti sedia kala, tentang hubungan kita, tentang komunikasi kita. Aku lakukan seperti biasanya, menanyakan keadaanmu, memberimu perhatian, dan menyisipkan setitik pengharapan. Namun, seperti yang kuduga, kau telah terlanjur membenciku. Kau menanggapinya dengan acuh tak acuh, seperti enggan. Jujur saat itu aku mengharapkan tanggapan yang teduh darimu. Sebab, aku ingin memperbaiki keretakan yang ada supaya tidak menjadi lebih parah dan pada akhirnya hancur berkeping-keping. Sungguh, niatku baik. Kenapa kau setega itu, sayang?

Taukah kau seberapa hancurnya aku sewaktu menerima tanggapanmu yang kejam itu? Tidak. Kau tidak pernah mau tau. Kau memang begitu, aku sudah paham dengan tingkahmu. Selalu ingin dimengerti, tanpa pernah mau mengerti. Ayolah, kita bukan anak kecil lagi, yang melulu ingin permintaannya dituruti. Kita ini sudah dewasa, belajarlah menerima sesuatu itu dengan apa adanya. Belajarlah menerima kenyataan. Belajarlah menyelesaikan suatu masalah dengan pemikiran panjang, tenang, dan tidak menggunakan emosi. Kau seharusnya tau, kalau sudah ada masalah seperti ini, siapa yang akan susah? Kita, bukan? 

Temanku bilang bahwa aku bodoh membiarkan harga diriku terinjak-injak saat mereka-entah-bagaimana tau tentang perlakuanmu waktu itu. Padahal aku sudah sebisa mungkin menutup rapat-rapat tentang ini. Karena aku tau mereka akan berpikir negatif tentangmu. Aku takut itu terjadi, sayang. Namun apa boleh buat, semua terlambat. Bukan karena keinginankulah yang menyebabkan ini semua terjadi. Aku sudah mati-matian menyelamatkan semuanya, tapi kau saja tetap seperti itu. Beginilah akibatnya, kau lihat sendiri kan?

Jika aku boleh berharap, dengan sejujurnya aku katakan bahwa aku sangat ingin bisa kembali menemanimu menjalani hari. Menggenggam tanganmu, perlahan menuntunmu ke arah pintu kebahagiaan. Menyediakan pundak, disaat kau tengah gundah. Membisikkan kata-kata indah, sebelum kau terlelap. Membuatmu memulai hari, dengan ucapan selamat pagi. Tapi sudah tidak mungkin ya? Haha benar sekali. Harapan kosong.

Seperti yang kusampaikan di atas tadi, kau memang sudah benci padaku. Menanggapiku sudah enggan, bertatap muka denganku sudah tidak ingin, mengenalku seperti kesalahan terbesarmu. Jika itu maumu, aku akan ikuti. Anggap saja ini adalah kebaikan hatiku yang terakhir kalinya; mengikuti dan menuruti semua kemauanmu. Apabila kau tidak ingin mengenalku lagi dan ingin menghapus ingatanmu tentangku, aku akan membantu. Aku akan menghilang dari pandanganmu tanpa kau sadari sedikitpun. Aku akan lenyap dari duniamu. Namun saat kau tersadar nanti, dan semuanya telah terlambat, jangan tanyakan lagi aku dimana, karena kuyakin kau sudah bisa mengiranya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar