Punya banyak teman ternyata gak enak. Makin banyak teman, makin besar kemungkinan kita ngalamin kehilangan dan perpisahan.
Let me tell you..
Semua pasti tau kan kalo sebenernya kehidupan setelah SMA itu lumayan seram? Bukan karena kita harus berjuang menatap hidup yang 'sebenarnya' tapi karena perlahan kita bakal kehilangan satu per satu teman. Akan ada masanya dimana semua, masing-masing kita, bakal sibuk sendiri demi mengejar cita-cita. Ada yang sibuk kuliah, ada juga yang udah sibuk bekerja.
Rasanya memang berat ketika harus membiarkan mereka pergi karena orang
yang selalu mengisi tiba-tiba gak ada lagi. Itu wajar, sebab kita tau hal paling
sulit di dunia adalah "tidak melupakan dan merelakan pergi". Gak punya
pacar emang sepi, tapi gak punya teman jauh lebih sepi.
Awalnya bakalan ada dialog-dialog sumbang kayak, "Ah si anu sekarang udah jauh bla bla bla.." atau "Eh dia kok kayak gitu ya padahal dulunya sama aku dekat banget dan bla bla bla.." Semua ini wajar, karena ini merupakan proses yang bakal dialami semua orang dan mungkin tanpa dia sadari. Bisa jadi kita sebagai yang diceritakan, bisa juga kita yang menceritakan.
Someone told me that "Kan bisa ketemuan, ngumpul bareng
atau apa gitu,"
Yap. Memang idenya bagus dan masuk akal, tapi percayalah gak bakal segampang
itu. Seperti yang udah aku bilang, semua bakal sibuk dengan urusan
mengejar cita-cita, dan nyamain jadwal gak bakal segampang dulu lagi.
Kita gak bakal bisa bbm bilang, "Besok ke sini yuk bla bla" gak bakal. Cause everyone have their own business for themselves. Their lives are not only for you.
Makin ke sini kita makin sadar, bahwa lingkaran pertemanan makin
kecil. Kita bakal kehilangan kontak teman-teman, dan bahkan berhenti
berkomunikasi sama sekali. Awalnya bakal sulit karena gak punya kegiatan tapi punya banyak waktu
luang yang gak tau dihabisin sama siapa. Itulah kesepian, saat kita punya banyak waktu luang, tapi minim kegiatan. Dan ini normal aja karena hidup bakal mempertemukan kita dengan banyak orang baru yang bakal lebih sejalan. Mereka yang pergi bukan berarti benci, hanya saja kita mulai menyadari akan banyak lagi orang yang lebih pantas menemani.
Pada saat-saat seperti ini kita akan sadar kalau kualitas diri tidak
ditentukan oleh siapa yang berada di sisi kita, melainkan hanya diri
sendirilah yang bisa membuat hidup bermakna. Ketika pada masa seperti
ini, melihat teman-teman sudah berangsur melangkah ke kehidupan baru
(menikah atau karir tengah berada di puncak) kita tidak akan merasa
kalah saing. Kita akan bisa menerima bahwa setiap orang punya jalan
hidup masing-masing.
Sadarlah, bahwa:
Di masa sekolah ataupun kuliah, diri kita seolah ditentukan oleh pendapat teman-teman di sekitar. Namun seiring kita menjalani hidup, kita akan sadar bahwa ada kalanya kita harus mengabaikan pendapat orang-orang di luar sana dan keep moving on dengan jalan yang kita pilih sendiri.
Ketika semua dari mereka sudah menjauh dari hidup kita, kepada siapa lagi kita hendak bercerita dan berbagi? Yap. Kita masih punya keluarga, terutama orang tua. Sadarlah bahwa meluangkan waktu dengan orang tua adalah harta paling berharga. Bersyukurlah masih bisa menghabiskan waktu bersama mereka, karena kita tau bahwa orang tua tidak hidup selamanya. Buatlah mereka bangga selagi mereka masih ada di atas dunia. Dan ketika semua fase di atas sudah dialami, kita bakal sadar:
Pada akhirnya teman terbaik adalah keluarga. Bila saat itu tiba, kita sendiri juga akan membangun keluarga. Lalu mulai berbisik sederhana, "Ternyata aku udah tua."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar