Aku teringat kisah kita berdua.
Waktu itu Ramadhan juga. Kau adalah orang pertama yang selalu mengucapkan selamat berbuka. Andai kita masih bersama, mungkin ini sudah menjadi Ramadhan yang ke-tiga. Sayangnya, aku dan kau hanya bertahan untuk satu Ramadhan saja. Aku bisa saja bertahan lebih lama. Namun kau memilih untuk pergi tanpa mengucap sepatah kata. Kau melangkah meninggalkan aku yang masih penuh oleh tanda tanya. Apakah aku terlalu banyak membuatmu kecewa?
Aku mulai mencoba membungkus kenangan itu dan mulai menulis cerita baru. Berulang kali kucoba untuk suka dan jatuh cinta lagi dengan yang lain, tapi aku tak mampu. Sulit sekali rasanya menghapusmu dari dalam ingatanku. Seiring berjalannya waktu, hatiku semakin berdebu. Aku semakin melangkah maju, tapi tetap saja yang kuinginkan hanyalah kamu.
Aku masih belum mengerti tentang apa alasanmu untuk pergi. Yang jelas aku masih tetap di sini dan berjaga manakala kau ingin datang kembali. Biarlah hanya engkau yang menguasai hati ini. Sebab kutau kau telah mengukir terlalu banyak keindahan yang selama ini kucari.
Aku masih menyimpan kenangan yang kau beri tepat saat kau memilih untuk pergi. Sebuah coretan singkat yang entah ditulis memakai hati atau hanyalah sebuah tinta mati.
Ini adalah rangkaian huruf manis yang tergores dari ujung penamu yang bodohnya masih saja kusimpan. Mungkin bagiku ini adalah sebuah hal yang lebih besar dari sebuah kenangan. Pantaskah janji manis ini kusimpan? Ataukah sudah seharusnya kubiarkan tintanya pudar dibasahi air hujan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar