Hellz, allz.
Udah pernah baca komik tahilalats yang di atas itu?
Gimana? Pernah gak sih ngebayangin diri kalian di dalam situasi yang sama kayak di atas? Kalau pernah, berarti kita sama. Sama-sama tukang ngayal.
Nah, aku pengin sedikit berbagi khayalan berdasarkan komik di atas. Yaitu tentang jika mesin waktu itu ada.
Jika mesin waktu ada, aku bakal ke masa 1 Mei 2016 untuk ngehajar diri aku sendiri di masa itu. Aku bakal bikin dia babak belur sebelum dia ngelakuin hal tolol yang aku sesalkan sampai sekarang.
Aku bakal carutin dia, ngeluarin semua stok kata-kata kotor yang aku punya. Dasar sampah, kau udah ngacauin masa depan aku.
Yaelah, tega banget Ndi, sama diri sendiri.
Ya gimana, abisnya dia tolol. Semenjak ketololan dia itu, semua hal makin memburuk. Akhirnya aku ngejalanin masa-masa yang amat sangat menyeramkan sampai sekarang.
Kesalahannya waktu itu sederhana, tapi dampaknya ngga sederhana: ngeganti display picture Line-nya.
Foto yang si sampah itu pasang yaitu foto dia dengan seorang cewe.
Kenapa aku ingat persis tanggalnya? Karena foto itu emang baru diambil, pas resepsi pernikahannya bang Jefri.
Malamnya, entah apa yang ada di otak si sampah, malah masang foto itu.
AAAAHHH TOLOL.
Sejak itu, banyak hal yang semakin memburuk. Yang terparah adalah... aku akhirnya kehilangan 'dia'.
Seandainyaa aja... seandainya. Aku yang waktu itu enggak ngelakuin itu, mungkin aja perdebatan panjang aku di Line dengan 'dia' di malam setelah foto itu dipasang gak pernah terjadi. Drama-drama setelahnya juga engga bakal terjadi. Dan yang terpenting, mungkin 'dia' masih di sini.
Jujur, butuh waktu lama bagi diriku sendiri menyadari bahwa hal itu adalah kesalahan fatal. Wajar sih, penyesalan emang datangnya terlambat.
Fak. Seandainya aja mesin waktu itu ada. Aku pengen cegah si tolol itu sebelum ngelakuin hal-hal sampah lainnya.
Aku gak bakal pindah kelompok kwu, gak bakal ngeluarin kalimat bodoh yang udah kayak bencong, gak bakal egois, dan yang terpenting gak bakal nyari pelarian.
Seharusnya aku cuma perlu sabar saat itu.
Cukup menjadi seseorang yang tulus untuk banyak hal. Berbicara dengan tutur kata yang baik. Bersikap dengan bijak.
Ketika dia memutuskan untuk membuat jarak di antara kami, harusnya aku hanya menerima dan ikhlas. Bukannya malah stress dan seperti orang bodoh yang harus dengan cepat-cepat nemu pengganti. Cukup diam dan membuktikan bahwa di dalam hati ini cuma ada 'dia'. Bukannya dengan sok tolol berlagak bahwa aku bisa bahagia tanpa dia. Nyatanya, 'dia' emang gak bisa tergantikan, kan?
Seharusnya si sampah itu berjuang.
Seharusnya si tolol itu membuktikan.
Setidaknya jika ia tidak bisa melakukan keduanya, ia hanya perlu menunggu.
Look, man. Berapa banyak hati yang kau kacaukan hanya karena satu orang telah mencuri hatimu. Kau kira dengan menemukan yang baru kau akan sembuh gitu aja? Kau memang si tolol yang ingin aku bikin babak belur.
Seperti tulisan yang pernah 'dia' buat tentangmu. Jika aku gak salah mengingat, judulnya "Untuk Orang yang Selalu Merasa jadi Korban", 15 Agustus 2016.
'Dia' memang benar di dalam tulisannya. Kau selalu merasa jadi korban padahal kau adalah penjahat yang sesungguhnya. 'Dia' memang benar.
'Dia' selalu benar, tapi kau menyanggahnya. 'Dia' pernah mencegahmu untuk tidak bertingkah bodoh dengan teman baiknya. Lalu, kau mengabaikan nasehatnya. Alhasil?
Kau menyusahkan aku sekarang.
Aku yang sekarang benar-benar gak tau apa yang harus dilakukan lagi. Ingin memperbaiki semuanya, tapi harus dari mana?
'Dia' udah terlanjur benci. Aku udah ngehancurin dirinya, juga temannya.
Dulunya aku berharap ada mukjizat yang bisa ngebantu aku memperbaiki semuanya. Tapi sepertinya akan lebih baik kalau aku berharap ada mesin waktu saat ini.
Karena akan lebih mudah mencegahnya daripada memperbaikinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar