Jujur saja, rindu ini semakin malam semakin tidak tau diri. Sudah tau tidak ada solusi, ia masih saja ingin diobati.
Hening malam semakin memperburuk keadaan. Rindu ini sudah di ubun-ubun.
Aku rindu kamu.
Tapi aku harus apa?
Akankah aku harus meneleponmu tengah malam? Atau sekadar menulis pesan ke whatsapp-mu dan mengatakannya?
Sepertinya itu ide yang buruk.
Aku tau karena aku telah melakukannya dahulu, dan kau tak sedikitpun mengasihaniku. Alih-alih mendengar ucapan manis dari mulutmu yang mengatakan "Iya aku kangen juga," sebaliknya justru yang kudapat hanyalah panggilan yang di-reject olehmu.
Ah.. benar juga. Siapalah aku di matamu.
Hanya seseorang yang tidak begitu penting, dan dengan rasa percaya diri malah merasa pernah dianggap berarti di hidupmu. Nyatanya aku tetap bukan siapa-siapa.
Mungkin hanya aku yang terlalu mendramatisir sesuatu yang pernah terjadi di masa lalu.
Bagiku semuanya istimewa. Bagimu mungkin hanya hal biasa. Bagiku semuanya membekas di ingatan. Bagimu mungkin layak dilupakan.
Aku rindu malam-malam yang pernah kita lewati bersama.
Bercerita tentang hal menyebalkan apa yang terjadi hari ini, bermain sampai mendapatkan chicken dinner, atau hanya sekadar bertukar foto dengan filter aneh yang kita dapatkan di snapchat.
Kita melakukan banyak hal hingga tanpa sadar suara adzan shubuh mulai terdengar. Kita terburu-buru menghentikan semuanya karena pagi sudah terlanjur tiba tapi kita belum tidur sedetikpun.
Lucu sekali mengingat bahwasanya kita pernah insomnia bersama tapi esoknya kau mendadak amnesia.
Seolah tak terjadi apa-apa kau menghilang begitu saja.
Hingga di malam hari ini, aku masih dalam sejuta tanda tanya. Salahku apa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar