Should I stop or just keep going?
Let me tell you that I am really really into this girl.
Beberapa tahun lalu aku kenal dia dari temenku, Yogie. Ini orang udah aku suka dari sejak pertama ngeliat dia nyanyi. Iya, suaranya merdu banget. Terus aku coba deh buat dekatin dia dan it doesn't work.
Tak lama setelah itu dia punya pacar dan hubungannya bertahan cukup lama. Aku lupa apakah 2 atau 3 tahun lamanya. Yang jelas dalam kurun waktu yang selama itu aku masih nungguin dia. So many things happened, kayak akun instagram aku di-block, terus whatsapp juga di-block, pokoknya hampir semua akses untuk berkomunikasi dengan dia udah gak ada. Konon katanya emang pacarnya 'sedikit' posesif.
It's actually not a big problem to me. The real problem is why am I still into her?
Aku melakukan hal-hal bodoh kayak sengaja 'numpang' di akun teman untuk ngelihat instastory yang dia bagikan, atau di hari ulang tahunnya aku sempatkan untuk menitip ucapan selamat ke temannya dan berharap temannya mau menyampaikan ke dia, dan pernah juga satu kali kesempatan aku naik gunung, lalu membuat video ucapan "Selamat Ulang Tahun" dan sampai detik ini aku juga kurang tau apa dia pernah menonton video itu atau tidak.
Bodoh? Tentu bodoh.
Tapi bukankah berarti itu adalah "True Love" ketika kau bersedia untuk bodoh secara sadar?
Aww.
Aku menunggu dan menunggu.
Tapi justru waktu demi waktu aku lalui dengan mengetahui bahwa dia terlihat begitu bahagia dengan pasangannya saat itu. I'm happy knowing she is happy, but I also feel bad knowing that It's not me who makes her happy.
Time passed and that day is coming.
Aku dengar dia sudah putus dari kekasihnya itu.
Lantas tanpa basa-basi aku coba lagi untuk mendapatkan hatinya. Ntah karena dia sudah single atau bagaimana yang jelas instagram aku udah gak di-block lagi, aku coba follow dia dan untungnya masih di-accept.
Aku minta nomor whatsapp-nya, lalu aku chat. Tapi entah kenapa berjam-jam masih ceklis satu. Jadi aku dm lagi lewat instagram dan dia bilang, "Oh iya nomor abang masih aku block, sorry."
Lah.
Days passed dan aku masih mau dia. Sampai akhirnya butuh satu alasan, "I'm leaving this city, and I think we should meet or we'll never do."
Kesempatan aku buat ketemu dia cuma karena aku harus pindah kantor dan gak bakal di kota yang sama lagi. Janji pun dibuat, dan pada hari itu tiba, she cancelled it and She doesn't even say sorry.
Bodohnya aku lagi, I'm still okay with that!
Ya kalau orang terus-terusan nyari alasan biar gak ketemu dengan kau itu ya gausah dipaksa sih, Ndi, sadar diri ajalah anjing.
Aku mencoba santai, padahal kecewa berat. Janji yang udah dibuat berminggu lalu dibatalkan karena dia punya janji tiba-tiba dengan temannya. Yaa emang sih, siapalah aku dibanding temannya? Aku cuma orang asing yang punya rasa ke dia.
Belum berhenti di situ. besoknya aku sempatkan lagi untuk bertanya apa dia sibuk? Untungnya nggak, jadi aku coba ajak dia keluar lagi, for the first, and the last time.
Jarak dari rumah aku ke kost-annya aja jauh, eh malah jadi terasa dekat. Nunggu setengah jam di luar kost-annya karena dia belum kelar siap-siap pun cuma terasa lima menit. Ya mungkin gitu kali ya rasanya kalo kalian benar-benar menantikan sebuah momen dan ketika kesempatannya ada, you'll fight for it no matter what.
Kami pun pergi ke sebuah cafe deket situ dan aku ngerasa canggung aja. Aku biasanya orang yang bisa ngobrol apapun dan pas sama dia aku bingung mau ngomong apa. Tiba-tiba hari itu aku adalah orang paling membosankan sedunia.
Singkatnya setelah pulang nganter dia aku senang tapi bercampur sedih juga. Senang karena impian aku tercapai, sedih karena kayaknya aku emang gak punya kesempatan deh setelah pertemuan pertama kayak gitu. First impression matters, right?
Someone said, first date itu berhasil kalo ketika kau udah balik nganter dia, dia bakal nanya lewat chat, "Udah sampai rumah belum?"
Apakah itu terjadi di aku? No absolutely not.
Kayak di telinga tu udah terdengar orang teriak, "MUNDUR ANJING!"
Malam itu aku bener-bener diam dan teringat kata-kata Cece Lisa, temen aku di kantor.
"Cewek kalo dikejar emang makin ngejauh dia. Aku aja kalau ada cowok yang ngedeketin aku berjuang banget malah jadi ga suka, kayak apa ya? Ga seru aja gitu kalau kita tau dia suka banget sama kita. Jadi kayak Yaudah sih aku bisa suka suka memperlakukan kau, karena kan kau suka banget sama aku, pasti kau bakal baik teruslah sama aku."
Gitu katanya. Terus aku tetap bertanya-tanya, "Apa iya?"
Waktu berlalu lagi dan tiap malam masih aja aku yang tolol gak ngerti red flag ini nyoba chat-chat dia berharap ada feedback, but again, it's still the same.
She still doesn't want me.
Dia emang gak punya ketertarikan dengan aku sama sekali.
Tiap hari aku bertanya-tanya, kok aku gak seru ya? Kok aku diabaikan mulu ya? Kok cuma aku yang selalu nanya dan gaada feedback ya? Kok cuma aku yang pengen tau tentang dia banget, sementara dia gak pernah nanya balik? Kok aku cuma dibalas "Ooh."
I really hate my self for being this shit.
Wajar gak sih kalau kecewa sama diri sendiri, when you are really into this person, eh justru kalian malah jadi the worst version of you kalau sama dia.
Jadi, kembali ke kalimat pertama di tulisan ini,
"Should I stop or just keep going?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar