About Me

Foto saya
Hanya orang biasa yang menyempatkan untuk berkarya.

Jumlah yang sudah singgah

Minggu, 22 Maret 2020

It wasn't me

Hellz..

Di waktu aku lagi nulis ini Coronavirus sedang bahaya-bahayanya. Meskipun di Pekanbaru baru terdeteksi kasus tapi udah sepantasnya kita waspada. Mari sama-sama kita berdoa supaya semua pasien Covid-19 dapat disembuhkan.

Ehem mari kita ke topik pembahasan kali ini.

Belakangan, aku jadi benci orang-orang. Ntah kenapa. Aku kehilangan ketertarikan sama perempuan, bahkan untuk suka pun gak bisa. Eh.. tapi laki-laki juga engga suka kok. Ngga.. ngga gay kok bgst. Banyak banget deh yang nuduh aku gay.

Soalnya gini, beberapa hari yang lalu ada seorang cewe yang ngaku kalau dia punya perasaan ke aku. Aku kaget dong. Emang sih aku lagi pengen punya pacar, punya seseorang untuk berbagi, ya pengen. Tapi aku tau, dia bukan orangnya.

She is pretty, friendly and kind-hearted. She is independent woman, has great job and career, and of course it makes me think that she deserved someone better than me.

Berkali-kali aku nanya.

Kenapa aku sih?

Aku menghargai keberaniannya buat ngungkapin perasaannya ke aku, tapi jujur aku gak bisa membalas perasaan itu. Aku gak tau. 

Seperti yang aku bilang sebelumnya, aku gak tau lagi gimana rasanya suka sama orang. Gak bisa tertarik sama orang. Bahkan, I Hate People so much.

Aku sempat cerita ke temen deket juga dan dia bilang aku bodoh sih kalo nyia-nyiain orang kayak dia. 

Ntah berapa macam saran aku terima, akhirnya aku ngambil keputusan kalo aku bakal coba menemukan ketertarikan aku terhadapnya. 

Aku paling mudah banget jatuh cinta sama orang yang asik banget diajakin ngobrol. Pembaca blog aku lama juga tau kalau beberapa postinganku yang isinya naksir-naksir cewe ya pasti karena dia asik dan open minded kalo diajakin ngobrol.

Wanita terakhir yang pernah membuat aku jatuh cinta sejadi-jadinya juga begitu. Kalau nggak, mungkin postingan - ini - gak bakal ada.

It's just about how the communication.

Aku cuma pengen tau gimana dia ketika ngobrol, ketika mendengarkan, ketika merespon obrolan, kalau enak banget pasti aku udah luluh.

Terus aku nyoba spending time sama dia buat ngobrolin suatu hal dan jujur responnya tidak seperti yang aku harapkan.

Lalu aku nyoba introspeksi, apa jangan-jangan aku yang gak asik diajak ngobrol? Apa jangan-jangan aku adalah conversation killer sebenarnya?

Aku hanya perlu ngebuktiinnya kan?

Aku coba membuka obrolan yang sama dengan seorang teman dan responnya bagus banget. Aku nyoba lagi ke temen lain lagi dan they are not boring at all.

It wasn't me. It was her.

Aku kemudian menyimpulkan bahwa emang aku dan dia gak bisa deh sama-sama. Ntah egoku terlalu besar atau memang perasaan gak bisa dipaksakan sehingga aku hanya mencari alasan.

Ntahlah.

Yang jelas aku udah mencoba. 

And it doesn't work.




N.B:
Mungkin ketika kamu-yang-aku-ceritakan suatu saat membaca ini,
aku berpesan jangan membenciku, aku tau kamu bisa menemukan
seseorang yang jauh lebih baik dan lebih hebat dalam segala hal dibanding aku.
Percayalah hal itu. Good Luck.
 

1 komentar: