About Me

Foto saya
Hanya orang biasa yang menyempatkan untuk berkarya.

Jumlah yang sudah singgah

Selasa, 18 Juli 2023

Terima Kasih

Aku harus berterima kasih pada tingkahku yang acak: dalam kebosanan, di sela-sela waktu berbuka puasa, aku tak sengaja menemukanmu. Meskipun hanya lewat story, senyummu kala itu membuatku sadar ada berbukaan yang lebih manis daripada sebutir kurma.

Aku juga harus berterima kasih pada tingkahku yang gila. Jika tidak, mana mungkin aku berani sok akrab mengomentari, hingga akhirnya kau mau berkomunikasi.

Padahal sesungguhnya siapalah aku bagimu? Hanya orang asing yang secara acak mencoba berkomunikasi lewat balasan story. Kau berhak mengabaikanku, tapi beruntungnya takdir membantuku sehingga kau mau meresponku

* * *

Di hari yang fitri, aku melakukan trik itu kembali. Kukomentari, dan kau di luar dugaan merespon lagi. Sungguh, masih saja, siapalah aku buatmu? Hanya orang asing yang entah kenapa kau ladeni lagi.

Beberapa waktu setelahnya kucoba langkah yang lebih jauh: mengajakmu bertemu untuk berbincang hangat. Sekali lagi, takdir menolongku sehingga kau mengiyakan ajakan itu.

Tidakkah kau saat itu merasa bahwasanya alam semesta terlalu mendukung kita? Apa benar kau tidak sedikitpun merasa heran mengapa semuanya terlalu berjalan mulus begitu saja?

Biar kuberitahu satu hal, satu hingga empat jam yang kita habiskan setelahnya berlalu tanpa terasa. Bukankah obrolan panjang yang hangat itu pertanda bahwa kau dan aku ditakdirkan untuk menjadi kita?

* * *

Hari-hari setelahnya intensitas semakin tinggi, kadang kala kita saling menghiasi hari, kadang waktu juga kita bisa saling memaki. Tanpa terasa saat itu tiba, kita sama-sama bisa menyepakati bahwa sudah saatnya kita saling jatuh hati.

Kini, aku harus berterima kasih pada hadirmu. Jika dahulu aku hanya tahu hitam, putih, dan abu-abu, sekarang kau mengajarkanku tentang warna-warna baru. 

Dulu, kupikir aku akan kehilangan separuh diriku ketika bersamamu, ternyata aku salah. Justru ketika bersamamu, aku menemukan separuh diriku yang lain.

Ah aku kesal kepada diriku sendiri. Apa saja yang kulakukan hingga baru sekarang aku menemukanmu? Bukankah akan lebih indah jika aku mengenalmu dari dulu?

* * *

Aku kerap bertanya-tanya, kebaikan apa yang telah aku lakukan hingga sekarang aku diberikan hadirmu sebagai hadiah dari Tuhan?

Kau terlalu luar biasa untukku yang biasa-biasa saja. Kau terlalu sempurna untukku yang tidak ada apa-apanya.

Jujur aku bingung bagaimana mensyukuri ini. Sehingga seringkali aku bertanya sendiri di dalam hati, "Apakah aku cukup buatmu?"

Bayangkan saja, sejak kau hadir, hidupku jadi punya tujuan. Padahal sebelumnya aku hanyalah seonggok manusia yang kehilangan semangat hidupnya. Yang awalnya hanya sekadar menunggu mati, menjadi orang yang punya seribu mimpi.

* * *

Izinkan aku bercerita tentang apa yang aku suka tentangmu.

Aku suka matamu saat menatap mataku ketika kita sedang bertukar cerita.

Aku suka alismu yang bergerak lucu saat kau sedang berbicara.

Aku suka hidungmu yang terjepit di antara pipi tembammu yang ada dua.

Aku suka caramu menyelipkan rambut ke sela-sela telinga.

Aku suka wangimu yang ingin aku hirup tiap harinya.

Aku suka suaramu saat sedang marah ataupun bahagia.

Aku suka semuanya.

Jika kamu bertanya apa yang tidak aku suka, tentu saja jawabannya tidak ada. Bukankah kau adalah perwujudan untuk kata yang lebih dari sekadar indah?

* * *

Aku ingin kau selalu ada di sini. Maaf sedikit egois, tapi aku tidak tau bagaimana nanti jika kamu memilih pergi. Kuharap tak akan pernah terjadi. Setidaknya itulah yang aku pinta kepada Tuhan tiap kali aku menadahkan tangan. 

Maaf jika aku belum bisa menjadi seperti yang kau mau. Maaf jika aku jauh dari kata cukup. Maaf untuk aku yang sangat berkekurangan. 

Namun terlepas dari semuanya, percayalah, aku akan selalu berusaha menghadirkan cerah di setiap hari-harimu, menjadi kesejukan di setiap terikmu, dan menjadi seseorang yang kau cari ketika kau sedang ingin berbagi.

Percayalah, dan yakinlah, "Aku diciptakan memang untukmu, Anya Devenna Fitriana."

* * *


Sabtu, 22 Oktober 2022

Been a Year

Aku senang ketika malam semakin larut.

Suara hening mengisi setiap sudut ruangan. Sesekali detik jarum jam terdengar lebih keras dari helaan nafas saat aku mulai memikirkan tentang hidup,

Apakah aku pantas untuk seseorang?

Pertanyaan itu terlintas begitu saja kala mataku dipaksa untuk terpejam. Lantas, bukan gelap lagi yang kulihat saat memejamkan mata. Layaknya proyektor tua, otakku tanpa disuruh mulai memperlihatkan sepenggal demi sepenggal kenangan yang sudah lama aku tenggelamkan.

Bagaimana kabarmu hari ini?

Aku dengar kamu telah menjadi seorang istri yang hebat baginya. Jujur, aku senang melihatmu bisa memenuhi mimpimu untuk menikah muda. Aku ingat sekali bagaimana kamu termotivasi memacu skripsimu demi bisa mewujudkan mimpi itu. Ya bagaimana aku bisa lupa sebab tiap hari kamu mengingatkan bahwa tidak apa-apa ketika kita belum punya apa-apa. Kita bisa bertumbuh bersama. Meskipun di akhir kalimat kamu bilang, "Papaku pasti bantu kok". 

Mungkin aku terlalu takut karena mimpiku terlihat sangat kerdil di hadapan mimpimu yang besar itu. Mimpiku hanya sesederhana "aku bahagia bila melihatmu bahagia". 

Syukurlah pada akhirnya tetaplah aku dengan mimpiku dan kamu dengan mimpimu.

Umm... Maaf kalau di malam ini aku tiba-tiba merindukanmu. Yang terjadi malam ini tepat seperti perwujudan dari "Gagal Bersembunyi"-nya The Rain. Ketika aku mulai memikirkanmu, musiknya mulai dimainkan di dalam kepala.

Aku membuka folder di gallery handphone yang sudah setahun tidak pernah aku buka. Ah masa-masa indah itu. Aku mengumpat sedikit ketika sadar bahwa ini salah. Maaf aku tidak bermaksud. Toh kamu juga sudah menjadi milik orang lain bukan? Maafkan aku, setidaknya untuk malam ini saja.

Mungkin benar bahwa kita dipertemukan hanya untuk saling belajar, bukan untuk saling memiliki. Sekalipun hubungan kita berakhir dengan baik dan tanpa dendam, entah kenapa semua hal menjadi membekas di kepala.

Masihkah kamu ingat bahwa perdebatan kita setiap pagi adalah menentukan ketoprak mana yang paling enak? Ketika siang justru kita akur karena menyukai kopi yang sama. Malam justru lebih aneh lagi, kamu memilih menyetir sendirian keliling kota agar tidak gila, sedang aku lebih nyaman dengan rebahan di kamar tanpa melakukan apa-apa.

Lucunya adalah kamu justru lebih optimis dengan mimpiku dibanding mimpimu sendiri. Aku pun sebaliknya. Saat mimpiku entah bagaimana terwujud di akhir tahun, ustru inilah awal dari kerenggangan kita.

Apakah seratus kilometer bisa mengubah banyak hal?

Awalnya aku menyepelekan hal ini. Namun tak disangka seratus kilometer bisa membuat satu dua tiga bulan berikutnya menjadi berbeda. Empat lima bulan kemudian menjadi berat. Enam tujuh bulan kemudian kamu resmi menjadi pendamping hidup seseorang. Sementara delapan sembilan bulan setelahnya aku hampir gila sendirian.

Sepuluh sebelas dua belas, tepat malam ini, sekali lagi aku menginginkanmu.

Maaf. 

Sabtu, 12 Februari 2022

Capek

Hellowz Allz...

Kayaknya udah pas nih cerita sekarang, timingnya udah tepat.

Perlahan-lahan kayaknya udah pada tau ya kalo aku sekarang udah pindah kerja. Selama dua tahun ini aku kerja di sebuah Creative Agency sebagai seorang Photo-Video Production Manager. Semuanya berjalan cukup menyenangkan untuk sebuah pekerjaan (karena kita tau semua pekerjaan pasti menyebalkan), dan sebenarnya gak ada masalah apa-apa yang mendorong aku ingin resign dari perusahaan itu. Teman-teman kantor yang asik, pekerjaan yang gampang, lingkungan yang nyaman, semuanya bener-bener terlihat baik.

Tapi satu-satunya yang aku takutkan hanyalah 1: jenjang karir

Aku gak tau mau sampai kapan aku bekerja di sana dan sampai tahun berapa industri dan perusahaan ini bertahan. Aku gak tau gimana bisa punya keluarga sendiri dan menghidupi anak istri (kalo udah punya) dengan pekerjaan yang gak tau sampai kapan bisa bertahan.

Contohnya aja kedatangan pandemi kemarin cukup mengguncang perusahaan. Gaji dipotong sampai waktu itu aku cuma terima sekitar sejuta lebih. Pedih banget kan.

Kita gak pernah tau masalah sebesar apa yang bisa menyebabkan hal itu terulang kembali, entah itu pandemi lain ataupun apa, yang jelas keadaan selalu bisa menjadi buruk secara tiba-tiba kapan saja.

Oleh karena itu aku mencari-cari pekerjaan baru (sambil berharap suatu saat keterima jadi PNS), mengantar lamaran ke sana ke mari, sampai akhirnya November lalu aku berhasil keterima di sebuah perusahaan Pulp and Paper sebagai seorang Accounting Estate. 

Apa tuh Estate?

Jadi bahasa gampangnya itu adalah kebun. Sebuah perusahaan penyedia Pulp dan Paper pastilah harus punya kebun sendiri supaya produksinya lancar. Nah jadiilah aku sebagai seorang akuntan di sebuah kebun.

Untuk orang yang hari-hari tinggal di kota, dari kecil sampai bekerja, culture shock yang aku rasain bener-bener membebani mental. Tinggal di kebun bikin aku stress hampir tiap hari. Akses yang jauh dari kota, fasilitas yang apa adanya, dan hiburan yang bisa dibilang nggak ada, bener-bener memukul mental aku sebagai orang yang hidup serba ada, akses dekat, dan tiap hari kopa-kopi.

Sekarang aku udah kerja sebulan lebih, mulai mencoba membiasakan diri (walau sulit), selera makan berkurang dan yang paling parah gak pernah ada satupun malam yang bisa aku habiskan dengan tidur yang nyenyak.

Aku bener-bener ngerasa gak bisa nahan beban kayak gini lagi. Satu-satunya yang bisa bikin aku bertahan cuma rasa takut gak bakal punya pekerjaan lain kalau aku resign dari sini. Capek kerja tetep gak sebanding daripada capek nyari kerja.

Alasan pendukung lain adalah rasa senang orang tua ketika aku keterima di sini, mereka senang sekali sehingga hampir di setiap obrolannya dengan orang lain dia menceritakan tentang 'keberhasilan' aku. Walaupun kadang tiap aku ngeluh mereka selalu bilang, "Terserah Andi aja, kalau ngerasa jenuh, gak kuat, gak usah ditahan-tahan, berhenti aja."

Tapi aku yakin sih dari dalam lubuk hati mereka masih menginginkan aku untuk bertahan. Setidaknya sampai nanti aku bisa ngasih sesuatu buat mereka. 

Aku gak tau aku bakal bertahan sampai tahun berapa. Bisa tiga bulan lagi, bisa tahun depan, atau bisa tahun depannya lagi. 

Satu hal yang aku yakini adalah, "I can't hold this any longer."

Aku gak mungkin bakal nyia-nyiain seluruh hidup aku untuk pekerjaan ini.

Terakhir, untuk orang-orang yang mencintai pekerjaannya di luar sana, aku bangga sama kalian! Sehat-sehat terus ya.

Semoga aku juga.


Rabu, 05 Januari 2022

Should I?

Should I stop or just keep going?

Let me tell you that I am really really into this girl. 

Beberapa tahun lalu aku kenal dia dari temenku, Yogie. Ini orang udah aku suka dari sejak pertama ngeliat dia nyanyi. Iya, suaranya merdu banget. Terus aku  coba deh buat dekatin dia dan it doesn't work.

Tak lama setelah itu dia punya pacar dan hubungannya bertahan cukup lama. Aku lupa apakah 2 atau 3 tahun lamanya. Yang jelas dalam kurun waktu yang selama itu aku masih nungguin dia. So many things happened, kayak akun instagram aku di-block, terus whatsapp juga di-block, pokoknya hampir semua akses untuk berkomunikasi dengan dia udah gak ada. Konon katanya emang pacarnya 'sedikit' posesif.

It's actually not a big problem to me. The real problem is why am I still into her?

Aku melakukan hal-hal bodoh kayak sengaja 'numpang' di akun teman untuk ngelihat instastory yang dia bagikan, atau di hari ulang tahunnya aku sempatkan untuk menitip ucapan selamat ke temannya dan berharap temannya mau menyampaikan ke dia, dan pernah juga satu kali kesempatan aku naik gunung, lalu membuat video ucapan "Selamat Ulang Tahun" dan sampai detik ini aku juga kurang tau apa dia pernah menonton video itu atau tidak.

Bodoh? Tentu bodoh.

Tapi bukankah berarti itu adalah "True Love" ketika kau bersedia untuk bodoh secara sadar?

Aww.

Aku menunggu dan menunggu. 

Tapi justru waktu demi waktu aku lalui dengan mengetahui bahwa dia terlihat begitu bahagia dengan pasangannya saat itu. I'm happy knowing she is happy, but I also feel bad knowing that It's not me who makes her happy.

Time passed and that day is coming.

Aku dengar dia sudah putus dari kekasihnya itu. 

Lantas tanpa basa-basi aku coba lagi untuk mendapatkan hatinya. Ntah karena dia sudah single atau bagaimana yang jelas instagram aku udah gak di-block lagi, aku coba follow dia dan untungnya masih di-accept. 

Aku minta nomor whatsapp-nya, lalu aku chat. Tapi entah kenapa berjam-jam masih ceklis satu. Jadi aku dm lagi lewat instagram dan dia bilang, "Oh iya nomor abang masih aku block, sorry."

Lah.

Days passed dan aku masih mau dia. Sampai akhirnya butuh satu alasan, "I'm leaving this city, and I think we should meet or we'll never do."

Kesempatan aku buat ketemu dia cuma karena aku harus pindah kantor dan gak bakal di kota yang sama lagi. Janji pun dibuat, dan pada hari itu tiba, she cancelled it and She doesn't even say sorry.

Bodohnya aku lagi, I'm still okay with that!

Ya kalau orang terus-terusan nyari alasan biar gak ketemu dengan kau itu ya gausah dipaksa sih, Ndi, sadar diri ajalah anjing.

Aku mencoba santai, padahal kecewa berat. Janji yang udah dibuat berminggu lalu dibatalkan karena dia punya janji tiba-tiba dengan temannya. Yaa emang sih, siapalah aku dibanding temannya? Aku cuma orang asing yang punya rasa ke dia.

Belum berhenti di situ. besoknya aku sempatkan lagi untuk bertanya apa dia sibuk? Untungnya nggak, jadi aku coba ajak dia keluar lagi, for the first, and the last time.

Jarak dari rumah aku ke kost-annya aja jauh, eh malah jadi terasa dekat. Nunggu setengah jam di luar kost-annya karena dia belum kelar siap-siap pun cuma terasa lima menit. Ya mungkin gitu kali ya rasanya kalo kalian benar-benar menantikan sebuah momen dan ketika kesempatannya ada, you'll fight for it no matter what.

Kami pun pergi ke sebuah cafe deket situ dan aku ngerasa canggung aja. Aku biasanya orang yang bisa ngobrol apapun dan pas sama dia aku bingung mau ngomong apa. Tiba-tiba hari itu aku adalah orang paling membosankan sedunia.

Singkatnya setelah pulang nganter dia aku senang tapi bercampur sedih juga. Senang karena impian aku tercapai, sedih karena kayaknya aku emang gak punya kesempatan deh setelah pertemuan pertama kayak gitu. First impression matters, right?

Someone said, first date itu berhasil kalo ketika kau udah balik nganter dia, dia bakal nanya lewat chat, "Udah sampai rumah belum?"

Apakah itu terjadi di aku? No absolutely not.

Kayak di telinga tu udah terdengar orang teriak, "MUNDUR ANJING!"

Malam itu aku bener-bener diam dan teringat kata-kata Cece Lisa, temen aku di kantor. 

"Cewek kalo dikejar emang makin ngejauh dia. Aku aja kalau ada cowok yang ngedeketin aku berjuang banget malah jadi ga suka, kayak apa ya? Ga seru aja gitu kalau kita tau dia suka banget sama kita. Jadi kayak Yaudah sih aku bisa suka suka memperlakukan kau, karena kan kau suka banget sama aku, pasti kau bakal baik teruslah sama aku."

Gitu katanya. Terus aku tetap bertanya-tanya, "Apa iya?"

Waktu berlalu lagi dan tiap malam masih aja aku yang tolol gak ngerti red flag ini nyoba chat-chat dia berharap ada feedback, but again, it's still the same.

She still doesn't want me.

Dia emang gak punya ketertarikan dengan aku sama sekali. 

Tiap hari aku bertanya-tanya, kok aku gak seru ya? Kok aku diabaikan mulu ya? Kok cuma aku yang selalu nanya dan gaada feedback ya? Kok cuma aku yang pengen tau tentang dia banget, sementara dia gak pernah nanya balik? Kok aku cuma dibalas "Ooh."

I really hate my self for being this shit.

Wajar gak sih kalau kecewa sama diri sendiri, when you are really into this person, eh justru kalian malah jadi the worst version of you kalau sama dia.

Jadi, kembali ke kalimat pertama di tulisan ini,

"Should I stop or just keep going?"




Minggu, 25 April 2021

Kompilasi

Hellz allz...

Finally I'm back!

Sebenernya aku tu paling benci kalau udah balik ke blog ini dan nulis lagi. Sebab aku cuma balik ke blog ini ketika aku sedang gak baik-baik aja. Ketika aku lagi banyak masalah, lagi patah hati, lagi gak punya duit.. mmm kalo gak punya duit ini tiap hari sih.

So today what is wrong with me?

Hari ini hari Minggu itu artinya aku libur kerja dan ketika aku libur kerja aku tu bingung banget mau ngapain. Gak ngapa-ngapain bikin aku stress. Lho kok bisa? Bukannya kaum rebahan adalah jalan ninjaku?

Iya sih dulunya aku emang seneng banget jadi kaum rebahan, asli. Tapi kalo sekarang pas aku ga ngapa-ngapain rasanya ga enak bener deh. Pas aku rebahan dan bengong, yang terjadi adalah ketololan aku di masa lalu tiba-tiba muncul gitu di kepala. Terus aku jadi teringat semua momen menyakitkan dan tiba-tiba stresss sendiri. FAK.

I hate those moments so bad.

Dulu untuk mengalihkan diri dari pikiran yang kacau aku biasanya ngerjain hobi aku. Tahun 2016 pas aku lagi berantakan banget aku ngalihin kegilaan aku dengan cara bikin video. Di tahun 2021 aku gila lagi dan masalahnya hobi aku bikin video udah aku jadiin pekerjaan. Artinya ketika aku stress aku harus kerja dong?

That's why hari Minggu atau hari libur bener-bener menyiksa buat aku.

Aku bingung dong harus apa nih? Masa' ke kantor?

Ternyata jawabannya adalah blog ini. Mungkin dengan bercerita di sini sedikit banyak bikin aku lega.

* * *

Aku mau cerita guys. Ada beberapa nih dan aku ngerasa kayak ini rasanya lucu aja.

Jadi gini.

Aku pernah deket sama orang, udah kayak deket banget nih hubungannya sampai udah kenal teman-teman dekat aku. Kebetulan dia anaknya jago nyanyi banget. Tiap malam dikirimin nih voice note atau video dia nyanyi. Macem-macem. Enak banget tuh sebelum tidur kayak ada yang nina-boboin. Nah suatu hari aku pergi ke gunung bareng temen, nah masih kabar-kabaran tuh. Nyampe puncak masih bucin banget nih aku nulis nama dia di kertas terus ngirim foto ke dia. Anj norak bgt kalo diinget-inget. Tapi waktu itu dia seneng banget. Nah keesokan harinya pas udah turun gunung dan nyampe rumah aku kabarin dia lagi. Tapi kok ga dibales-bales ya. Sampe besoknya lagi eh gak ada kabar. Besoknya lagi eh udah diblock aja di segala medsos. WKWKWK KOCAK BET. Kejadian ini di tahun 2017 akhir. Kebetulan abis itu aku harus nyusun proposal skripsi dan jadinya sibuk banget, alhamdulillah ke-distract dan gak sempat galau berlarut-larut. Ya sempat sih galau dan sedih gitu sekali dua kali tiap temen aku yang masih follow dia nge-screen capture instagram story dia sama pacar barunya :")

Lanjut ke tahun berikutnya. Deket lagi nih sama orang tapi kali ini yang beda agama. Ya deket-deket gitu doang gak bisa diterusin kan karena alasan beda agama. Kalo aku deket sama yang lain dicemburuin, bahkan pernah diblock juga. Tapi sempat baikan lagi terus yaudah deket gitu aja karena juga gak bisa ke mana-mana karena beda agama kan. Terus seiring berjalannya waktu udah makin ga intens lagi nih bertukar kabar. Paling sekedar reply-reply story dan ya gitu-gitu doang. Setahun kemudian aku lihat dia punya pacar. DAN PACARNYA ISLAM. 

Aku inget lagi di masa-masa aku mau tamat kuliah dan lagi ngurus persyaratan wisuda. Timeline-nya sekitaran awal 2019 karena aku kan wisuda di Februari 2019. Nah sebelum itu tuh aku lagi nyetak foto buat syarat wisuda. Sambil nungguin foto kelar, aku liat story temen deket aku di SMA lagi sama cewek. Nah aku bilang, "Kenalin dong." Terus dia bilang "ih kebetulan  si 'anu' (nyebut nama temen aku yang lain) udah minta kenalin juga sama dia. Bersaing lah kalian ya." Ujar temenku itu. Aku si sok kepedean nih gegayaan mau bersaing. Nah calon saingan aku itu udah kerja di BUMN terbesar di Indonesia lah saya bocah baru tamat kuliah alias pengangguran gegayaan banget anjenggg pengen bersaing. Harusnya aku sadar diri kan woi? Nah tapi si Andi goblok ni maju aja terus sampai sering ketemu lah sama ni cewe ajakin makan atau apa, terus sering chatan, sering curhat-curhatan sampai di titik aku ngerasa, "Bisa nih aku sama dia." eh dia balik curhat tentang temen aku yang kerja di BUMN itu. WAH KOCAK WKWKWKK. Ternyata saya hanyalah Temen-curhat-zone saaaattt. Yang dipilih tetep yang mapan lah broooo kwkwkwkw.

Lanjut lagi. Ehm. Setelah aku jadi full time pengangguran sebenarnya aku udah gak ada deket sama siapa-siapa lagi sih. Kayak udah males aja anjir sadar diri pengangguran modal apa cuk. Ganteng kagak punya duit juga kagak. Sampai akhirnya di penghujung tahun 2019 aku dapet kerjaan. Di kantor karena aku anak baru dan aku gak tau gelagat aku kayak bencong apa gimana. Ada yang nanya, "Eh aku mau nanya dong Sep, kau suka cewek kan?" Random abis. Terus udah dua bulan kerja, ada yang lain lagi nanya hal yang sama, "Wait aku nanya, suka cewek kan? Masih kan?" Serius banget mukanya alias ga mungkin dia bercanda nanyain itu. Yang lebih ekstrim lagi ada yang nanya, "Kau pernah cium cewe gak?"

Mo nangis aku tu. Kadang pas bercermin aku liat kan, "Iya ya, pecundang banget mukak kau, Ndi. Wajar aja gak ada yang mau sama kau."

Sejak itu aku fokus ke mimpi aku dan mengejar karir. Setelah dipikir-pikir daripada memperbaiki muka, lebih realistis memperbaiki karir. Karena kalau gak ganteng, setidaknya banyak duit lah. Kalau gak punya kedua-duanya, ya jadi pecundang aja terus.

Aku ngelamar di banyak perusahaan besar supaya karirku bisa upgrade kan. Di masa itu aku punya harapan yang banyak. BPJSTK, PTPN, RAPP, Indahkiat, dan harapan terbesarku PNS. 

ADA YANG LULUS GAK?

ENGGAK. 

Bangsatnya lagi semuanya gagal di tahap akhir. TAHAP AKHIR, AKHIR, A K H I R.

Aku kira di-PHP-in cewek udah cukup sakit. EH TERNYATA ADA YANG LEBIH SAKIT WKWKWK.

Btw ini timeline-nya udah nyampe di 2020 Agustus. Semua harapan aku mati. Di kantor aku lemes banget karena yang kebayang waktu itu adalah "anjing aku harus kerja di sini lagi." Gaji pas-pasan terus stress-nya berlebihan. Wah ngebayangin gak jadi upgrade karir bikin aku down sejadi-jadinya. 

Nah mulai di titik ini another shit happens guysss...

WKWKW bangsat tulisan ini udah kepanjangan tapi gapapalah bagian terserunya tuh mulai dari sini.

Di kala aku sedang down, bangsatnya ada seseorang yang hibur aku. Dia anak magang di kantorku. Waktu aku down banget karena semuanya gagal dia ada di samping aku. Pas aku kerja ditemeninnya, terus makan siang ditemenin, malem main PUBG ditemenin juga. Sesekali dikirimin video dia lagi nyanyi. PAS AKU UDAH NYAMAN-NYAMANNYA, dan udah nerima kayak gapapalah aku harus kerja di kantor ini lagi kan ada dia di kantor jadi gak buruk-buruk banget, eh masa magangnya kelar. WKWKWKWKW

Setelah masa magangnya kelar kami masih bisa sempat ketemu sekali dua kali, rasanya senang banget. Tapi ingat Ndi, ketika kau lagi senang, shit happens, right? Benar aja. Tiba-tiba dia udah mulai berjarak. Ngejauh. Udah gapernah chat lagi, gak mau diajak main PUBG lagi. Ketemuan susah. Alesannya covid. Padahal abis itu mah dia sering aja ketemu temennya aku liat di apdetan story dia. Aku udah ngerti aja oh dia gamau ketemu.

Uniknya di Februari 2021 dia sempat ngehubungin aku, terus bilang, "sini susul kalau mau ketemu." dan aku si bodoh ini mau aja nyusul dia karena anjing jujur kangen banget. Pertemuannya apala gak nyampe  5 menit. Karena dia sama orangtuanya juga. Ya istilahnya disempet-sempetin. Mungkin kasian sama aku. 

Masih Februari nih, Valentine. Aku ngide lagi ni pen kasi dia bunga. Aku mau tanya nih. Mau tanya wkwkw. Aduh ini lucu banget gak kuat nulisnya. Ehm.. Kalian pernah nggak, ngasi bunga ke cewek, tapi ceweknya lagi sama cowo lain? Nah itu aku tuh waktu itu. Tolol kan WKWKWKWK.

ANJEEENG AKU NGAPAIN SIH WKWKWKWK

Inget gak di awal aku cerita, kalau hari Minggu gini aku bengong dikit suka kebayang hal-hal tolol di masa lalu? Nah ini nih salah satunya yang aku benci banget kalau keinget.

Ohiya setelah aku kasi dia bunga itu, tau gak? Dia ngetweet galau galau. Ada kali seminggu. Anjing lucu banget di hari itu aku berupaya bikin dia happy eh orang lain nyakitin dia. KAYAK SIA-SIA AJA GAK SIH. WKWKWKWKWKWKWK ADUH ANDI ANDI

Ketawa banget aku kalau inget kejadian ini. Pernah gak kalian try hard bikin cewek ini seneng tapi semua effort kalian itu gak ada gunanya karena dia disakitin cowok lain. KALIAN KAN NYOBA BIKIN DIA HEPI, NAH ADA NIH ORANG LAIN NIH YA, MALAH BIKIN DIA SEDIH. 

ADUHHH ANDI KAU NGAPAIN SIHHHH JADI ORANG TOLOL BANGET.

But it's okay. Ini cuma jadi lucu-lucuan aja sekarang di hidup aku. Salah sendiri ngapa baper. Realistis yuk sayang. Kau ini gak pantes buat siapa-siapa. Oke, Ndi?

* * *

Lanjutttt.. jangan kalian kira udah ending ya, masih ada nih. Hidup aku tu lucunya gak abis-abis.

Aku yang berusaha move on dari orang ini mencoba nyari-nyari yang lain lah kan. Ketemu lah satu. Aku suka banget nih sama dia. Anaknya extrovert dan bisa deket dengan siapa aja. Sangat menutupi kekurangan aku yang ansos ini. Anaknya periang, pokoknya kalau sama dia mood aku jadi seneng aja. Aku sering banget keluar sama dia, bahkan udah kenal temen-temen kantor aku juga, karena pernah aku ajakin main ke rumah temen kantor. Sering bangunin tidur biar aku gak telat kerja. Kalau mau post sesuatu nanya aku dulu, padahal mah apa pentingnya nanya aku hei. Sering dikirimin selfie. Konon katanya dikirim selfie is another love language. Lah aku percaya dong. Nah baru aja yakin nih mau move on ke dia. EH dia menghilang kek Avatar Roku. Tiba-tiba udah update di instagram pake fitur "close friend"sama pacarnya. :)

GINI BANGET ANJING.

Ok let's move to another one.

Kali ini aku gak ketemu orang baru. Seseorang yang aku udah kenal 2 tahun lalu juga sempet lost contact dan aku coba hubungin dia lagi. Bela-belain ketemu padahal rumahnya jauh banget. Terus deket lagi nih kek biasa. Udah intim, sering bertukar kabar, tiap weekend pergi jalan, ntah ke mana. Nemenin dia beli ini beli itu yang sebenarnya dia bisa pergi sendiri, yah banyaklah. Nah Minggu kemarin nih, Minggu kemarin banget. Dia nanya, "Libur gak?" "Libur." aku jawab. "Yuk jalan." 

DAN AKU AYOK AJA LAGI. Nothing bad happened, kayak biasa aja. Gak ada berantem gak ada ribet mau makan di mana, semuanya mulus aja. Tau gak keesokan harinya. PAS AKU COBA CHAT LAGI UDAH CEKLIS SATU. Anjing diblok. Salah aku apa tai. Sampai kemarin aku masih bingung. Salahku apa. Sampai tiba-tiba temennya chat aku, "Eh Andi gatau ya? Dia kan udh punya pacar."

HAH? INI AKU BARU KEMARIN LHO DIAJAKIN JALAN SAMA DIA? SAMA PACAR ORANG TERNYATA??? KOMEDI LAGIII YA ALLAH.

OKE ini terakhir aja deh, aku mau berbuka puasa.

Selamat berbuka ya kalian wahai tukang ghosting tukang php kesayanganku!!!!

Kamis, 03 Desember 2020

Jumat

Hari itu hari Jumat.

Aku ingat sekali karena aku membaca pesanmu tepat seusai aku berwudhu untuk menunaikan shalat Jumat. 

"Aku ke kantor siang ini. Setelah ini gak akan ke sini lagi. Terakhir."

Kira-kira begitulah isi pesan yang aku baca dari jendela notifikasi saat hendak mengubah handphone ke mode getar agar nanti saat sedang shalat tidak ada dering-dering yang mengganggu.

Mungkin itu adalah salah satu shalat Jumat yang aku paling tidak khusyuk. Pikiranku berjalan sesukanya, bertanya akan hal-hal yang harusnya tidak aku pikirkan, padahal aku sedang menghadap Tuhan.

"Terakhir ya? Berarti ini hari terakhir aku ketemu dia dong. Gimana kalau nantinya dia pulang duluan sebelum aku sempat ke kantor?"

Aku tak pernah seburu-buru itu. Biasanya aku orang yang paling lama keluar dari masjid setelah shalat. Tapi hari itu beda. Aku melangkah keluar secepat yang aku bisa. Aku benar-benar takut tidak sempat bertemu kamu untuk yang terakhir kalinya.

Aku memacu langkah.

Saat aku membuka pintu ruangan kantor, betapa leganya aku saat melihat masih ada kamu di sana. Aku ingin menyapamu. Tapi entah kenapa aku tahan keinginan itu karena aku lihat kamu sedang asyik mengobrol dengan teman kantor yang lain.

Aku menatapmu dari kejauhan sambil menahan gejolak cemas dan kekhawatiran tentang apa yang akan terjadi setelah ini. Aku memikirkan apa cara yang tepat untuk berpamitan denganmu. Aku memikirkan kata-kata apa yang harus aku ucap dari mulut. Aku bingung. 

Hingga akhirnya kamu berpamitan, aku masih terdiam dan tidak tau harus bilang apa. Padahal rasanya ada begitu banyak kalimat yang ingin dikeluarkan dari dalam kepala.

"Pulang dulu ya semua." ucapmu berpamitan.

Pada akhirnya aku hanya bisa mengeluarkan kalimat standar yang juga diucapkan beberapa orang lainnya, "Iya hati-hati ya."

Beberapa detik setelah kamu keluar dari ruangan aku merasa ada yang mengganjal. Rasanya ada yang harus segera aku lakukan tapi aku tidak tau itu apa.

"Tunggu." 

Aku kirim sebuah pesan melalui whatsapp. Pecundang sekali memang. Tapi mau bagaimana lagi, aku benar-benar bingung harus apa.

Aku melangkah cepat mengejar kamu yang ternyata sudah di dalam mobil.

Kamu membuka jendela dan bertanya, "Kenapa?"

"Ini terakhir ya?" tanyaku.

Kamu mengangguk.

"Berarti kita gak ketemu lagi dong?"

"Iya." jawabmu singkat. Entah kenapa langit seolah-olah menjadi gelap di sekitarku, padahal hari sangat terik saat itu. Ada banyak hal yang ingin aku katakan tapi entah kenapa lidahku tertahan.

"Udah? Gaada lagi? Aku mau cepat ini." ujarmu dengan ketus.

"I..i.iya. Yaudah hati-hati ya." 

Benar-benar pecundang.

Kamu pun menutup jendela mobil dan tak berapa lama melesat meninggalkan aku di sana yang masih diam terpaku tak percaya. Di detik itu aku segera berdoa, "Semoga bisa ketemu lagi ya Allah."

Iya, aku berdoa.

Aku yang dari awal sama sekali malas beribadah, tak pernah berdoa, kali ini berharap untuk hal yang mungkin menurut orang banyak sangatlah konyol: bertemu lagi denganmu.

Padahal ada sekian banyak doa yang masih lebih penting untuk aku panjatkan. 

Mmm..

Ngomong-ngomong soal doa, kamu ingat gak kalau kamu pernah mengirimkan aku sebuah post instagram tentang "Waktu yang paling mustajab untuk berdoa di hari Jumat" ?

Kalau kamu tidak ingat, mungkin kamu bisa scroll lagi dm instagram kita ke atas. Aku yakin masih ada.

Di hari Jumat, pada waktu yang paling mustajab, aku berdoa: Semoga aku bisa bertemu denganmu lagi.


* * *

Ada Jumat lain yang juga membekas di kepalaku. Jika kamu sudah lupa, maka izinkan aku membawa kembali memori itu.

Jumat yang ini adalah hari pertama di mana aku bisa mengantarmu pulang.

Waktu itu hari hujan deras, aku buru-buru menjemputmu di Alfamart yang tak jauh dari kantor. Aku tau aku harus cepat karena kamu benar-benar ketakutan sendirian karena petir dan kilat yang menyambar. 

Malam itu kita sebenarnya tidak punya tujuan, karena rencana awalnya kita bakal ikut event yang ternyata dibatalkan karena tiba-tiba ada larangan PSBM. Jadi di tengah hujan deras, kita hanya berjalan tak tentu arah.

Sialnya, ke manapun jalan yang kita tempuh, semuanya banjir. Kita sama-sama panik karena takut sewaktu-waktu bisa mogok dan kita jadi dua orang goblok yang terjebak banjir di tengah jalan.

Kita begitu tegang dan bingung harus ke mana agar terhindar dari banjir. 

Pada akhirnya setelah melalui sekian kilo jalan yang tergenang, kita berhenti di sebuah Indomaret yang bebas dari banjir.

Di sana kita tertawa-tawa lega karena akhirnya bisa setidaknya aman untuk sementara dari kepanikan.

Seru sekali.

Hal-hal sekonyol itu cuma pernah aku lakukan denganmu. Masuk akal kan mengapa begitu sulitnya aku melupakanmu?

Setelah hujan mulai sedikit reda dan jalanan mulai surut, kita lanjut berjalan tanpa arah lagi. Ide-ide random muncul di kepala. Aku mengajakmu membeli pisang coklat yang menurutku dan anak-anak kantor lainnya 'terenak' se-Pekanbaru.

"Biasa aja kok rasanya." ujarmu setelah mencicip sedikit.

"Hah masa'? Ini enak banget lho."

"Gak ah. Masih enakan pisang coklat yang dulu pernah dikirim ke kantor sama orang yang misterius itu."

Iya, aku ingat di awal kamu masuk di kantor, ada orang yang mengirimkan kamu pisang coklat dan sampai sekarang tidak tau siapa yang mengirimkannya. Kamu memang banyak penggemarnya, ya.

"Ah enakan ini kok." aku meyakinkan.

Kita lanjut berjalan ke Indomaret karena waktu itu tisu di mobil sudah habis dan kamu ingin membersihkan tanganmu sehabis mencicip pisang coklat terenak menurutku itu. 

"Jangan lama-lama. Aku takut sendiri," ucapmu.

Aku bergegas dan sialnya ramai sekali yang berbelanja, padahal aku hanya ingin membeli tisu.

Sesekali aku mengintip ke arah parkiran memastikan kamu baik-baik saja, entah kenapa aku khawatir sekali. Mungkin terdengar lebay, tapi itu yang sebenarnya aku rasakan.

Masih teringat jelas kata-kata yang pertama kali aku lontarkan saat kembali ke mobil, "Sorry ya lama. Aman kan?"

Sebenarnya itu sudah cukup menyiratkan kekhawatiranku tadi. 

Kita melanjutkan perjalanan menuju ke rumahmu setelah itu. Hari pertama aku mengantarmu pulang. Lagi-lagi terkesan berlebihan dan norak, tapi benar-benar berkesan untukku karena kamu bilang belum ada anak kantor yang pernah ke rumahmu sebelumnya. 

Lucu mengingat saat sampai di depan rumahmu aku begitu deg-degan karena takut yang membukakan pintu adalah papamu. Ntah kenapa aku takut, padaha sebenarnya aku sudah sering mengantar teman pulang ke rumah, bahkan di jam yang jauh lebih larut dari ini.

Untungnya waktu itu yang membukakan pintu adalah adikmu. Lega, tapi konyol juga mengingat kenapa aku bisa sepanik itu. Hahaha.

* * *

Hari di mana aku menulis ini adalah hari Jumat.

Entah sudah Jumat ke berapa ini sejak pertemuan terakhir kita. 

Meski kita sudah tak saling sapa dan bertatap muka, masih ada satu hal yang masih sama: 

"di jam paling mustajab untuk memanjatkan doa, aku masih mengharapkan kita bisa bertemu kembali dan menghabiskan waktu berdua."

Selasa, 24 November 2020

malam

Jujur saja, rindu ini semakin malam semakin tidak tau diri. Sudah tau tidak ada solusi, ia masih saja ingin diobati.

Hening malam semakin memperburuk keadaan. Rindu ini sudah di ubun-ubun.

Aku rindu kamu.

Tapi aku harus apa?

Akankah aku harus meneleponmu tengah malam? Atau sekadar menulis pesan ke whatsapp-mu dan mengatakannya?

Sepertinya itu ide yang buruk. 

Aku tau karena aku telah melakukannya dahulu, dan kau tak sedikitpun mengasihaniku. Alih-alih mendengar ucapan manis dari mulutmu yang mengatakan "Iya aku kangen juga," sebaliknya justru yang kudapat hanyalah panggilan yang di-reject olehmu.

Ah.. benar juga. Siapalah aku di matamu. 

Hanya seseorang yang tidak begitu penting, dan dengan rasa percaya diri malah merasa pernah dianggap berarti di hidupmu. Nyatanya aku tetap bukan siapa-siapa.

Mungkin hanya aku yang terlalu mendramatisir sesuatu yang pernah terjadi di masa lalu. 

Bagiku semuanya istimewa. Bagimu mungkin hanya hal biasa. Bagiku semuanya membekas di ingatan. Bagimu mungkin layak dilupakan.

Aku rindu malam-malam yang pernah kita lewati bersama.

Bercerita tentang hal menyebalkan apa yang terjadi hari ini, bermain sampai mendapatkan chicken dinner, atau hanya sekadar bertukar foto dengan filter aneh yang kita dapatkan di snapchat. 

Kita melakukan banyak hal hingga tanpa sadar suara adzan shubuh mulai terdengar. Kita terburu-buru menghentikan semuanya karena pagi sudah terlanjur tiba tapi kita belum tidur sedetikpun.

Lucu sekali mengingat bahwasanya kita pernah insomnia bersama tapi esoknya kau mendadak amnesia.

Seolah tak terjadi apa-apa kau menghilang begitu saja.

Hingga di malam hari ini, aku masih dalam sejuta tanda tanya. Salahku apa?